Kamis, 13 Maret 2014

Wawancara klinis



A.       WAWANCARA DALAM PRAKTEK KLINIS
1.        ASSESSMENT – ORIENTED INTERVIEW
Ø Interview ini dilakukan pada awal pertemuan pada saat klien datang pertama kali.
Ø Tujuannya untuk memperjelas pemahaman klinisi terhadap permasalahan klien dalam usahanya untuk merencanakan pemberian treatment selanjutnya.

2.        THERAPEUTIC INTERVIEW
Ø Interview ini dirancang untuk memfasilitasi pemahaman klien terhadap dirinya sehingga dapat mempengaruhi keinginannya untuk berubah, baik perasaan atau perilakunya.

·        Walaupun terdapat perbedaan, tapi fokus utama keduanya tetap pada masalah dan kebutuhan klien.
·        Pada awalnya, ketika seorang klien datang ke sebuah klinik untuk mendapatkan treatment psikologis tertentu, maka dia harus melalui serangkaian prosedur asesmen yang meliputi: intake interview, diagnostic interview, social-history interview dan tes-tes psikologis. Hasil yang diperoleh kemudian digabungkan untuk menentukan terapi berikutnya. Hal tersebut menjadi kurang efektif.
·        Agar lebih efektif, semua kegiatan tersebut disatukan dalam suatu proses yang disebut initial interview.
·        Initial interview dilakukan di awal pertemuan dengan tujuan:
1)    Untuk membangun hubungan interpersonal (membina rapport, kepercayaan, kesan, dsb). Hal tersebut diperlukan untuk keberhasilan proses transaksi klinis selanjutnya.
2)    Untuk memperoleh informasi tentang klien dan masalahnya. Hal tersebut diperlukan untuk ketepatan asesmen.
3)    Untuk memberikan informasi kepada klien tentang sistem atau prose klinis yang akan berlangsung, program-program lanjutan, kondisi terapi, biaya dan semacamnya.
4)    Untuk mendukung usaha-usaha klien dalam usahanya memperbaiki dirinya. Jika diperlukan, bisa dilakukan proses terapi.

·        Dalam asesmen, interview merupakan sarana utama untuk mengeksplorasi perasaan, kesadaran dan masalah yang dihadapi klien.
·        Interview menghasilkan informasi tentang: situasi kehidupan, berbagai hubungan dengan orang lain yang bermakna, prestasi dan kegagalan, hal-hal yang membahagiakan dan yang membuat frustrasi, nilai-nilai, harapan-harapan, ketakutan-ketakutan dalam hidup, dsb.
·        Apa yang diucapkan dan dilakukan klien tergantung pada kenyataan yang dialaminya selama dalam situasi klinis, dalam arti mengenai harapan dan persepsi klien terhadap hubungan klinis tersebut.
·        Respon klien ditentukan oleh kualitas stimulus dan perilaku yang ditunjukkan klinisi. Klinisi adalah seorang observer-partisipant dan sekaligus seorang aktor.
·        Sumber data dalam interview adalah:
1)    Pernyataan klien; mendiskripsikan karakteristik perasaan dan masa lalunya.
2)    Perilaku yang menyertainya; biasanya tidak disengaja dan tidak disadari. Misalnya: suara yang bergetar, tangan yang dikepalkan, dsb.
3)    Reaksi-reaksi yang disebabkan karena stimulus dari klinisi. Misalnya kelihatan terganggu dengan sikap yang kurang simpatik dari klinisi.

·          Tugas klinisi saat interview:
1)    Mencatat atau mengingat cerita klien
2)    Mengobservasi perilaku klien
3)    Mengases pengaruh tindakan-tindakannya terhadap apa yang dia lihat dan dia dengar dari klien.
Untuk menjalankan tugas tersebut diperlukan skill, sensitivitas dan fleksibilitas dari klinisi.
·        Interview adalah percakapan yang bertujuan (Bingham & Moore, 1924 dalam Korchin, 1976).
·        Tujuan interview klinis: untuk memahami klien dengan teliti dari awal hingga akhir dalam rangka mengurangi penderitaannya.

B.       JENIS-JENIS WAWANCARA

1.        DIAGNOSTIC INTERVIEW
Ø Lebih relevan di dunia medis.
Ø Biasanya digunakan pada pasien atau klien psikiatri.
Ø Fokusnya pada simtom-simtom kilen, untuk mendeskripsikan berbagai kemungkinan seperti tipe-tipe, tingkat keparahan, durasi waktu, sejarah masa lalu, dsb.
Ø Menggunakan Mental-Status Examination, yang meliputi:
a.     Proses pikir dan intelektual
·        Kapasitas ketepatan berpikir, berpikir kompleks, penguasaan informasi, STM (Short Term Memory), LTM (Long Term Memory), kemampuan problem solving, dsb.
b.     Gangguan persepsi
·        Halusinasi, ilusi, dsb
c.      Atensi dan orientasi
·        Konsentrasi, orientasi ruang dan waktu, dsb.

d.     Ekspresi emosi
·        Afeknya, ketepatan emosi, kemampuan kontrol diri, dsb.
e.      Insight dan konsep diri
·        Kemampuan untuk memahami penyebab sakit, pandangan terhadap diri, dsb.
f.       Perilaku dan penampilan
·        Ekspresi wajah, gerakan, cara berbicara, cara berpakaian, dsb.
Ø Status Mental biasanya disertai dengan pemberian tes sederhana misalnya untuk mengetahui STM, klien diminta untuk menghafalkan sejumlah kata, kemudian setelah beberapa saat klien diminta untuk mengulangi kembali kata-kata tersebut.

2.        INTAKE INTERVIEW
Ø Dirancang untuk mengenalkan klien dengan kondisi klinis; menilai apakah proses tersebut memenuhi kebutuhan klien atau tidak.
Ø Fokus pada: keinginan-keinginan klien, motivasi untuk mengikuti treatment, harapan terhadap klinik dan kegiatan yang akan dilaksanakan selama proses klinis berlangsung. Semuanya dilakukan dengan sikap melayani klien.
Ø Klien diberi penjelasan tentang prosedur klinis, biaya, jadwal dan berbagai hal yang berfungsi untuk memberi kejelasan kepada klien untuk melakukan kontak selanjutnya.
Ø Biasanya dilakukan oleh pekerja sosial.
Ø Pada awal pertemuan dibuat rencana untuk kunjungan selanjutnya atau tentang kemungkinan rujukan kepada pihak lain seandainya hal itu lebih tepat bagi klien.
Ø Walaupun fokusnya seperti di atas, tapi pekerja sosial mungkin lebih mengarahkan pada aspek diagnostik atau social history interview.
Ø Biasanya kalau di Barat, klien akan menelepon dulu sebelum datang ke klinik. Hal tersebut disebut telephone interview. Klien biasanya akan bertanya misalnya “Dapatkah Anda jelaskan apa yang dilakukan di klinik Anda?”. Wawancara telepon memungkinkan klien untuk meredam kecemasan dan ketakutannya karena tanpa harus bertatap muka dengan klinisi. Wawancara ini membutuhkan skill untuk mengidentifikasikan dan memperhatikan permasalahan klien serta membimbingnya, jika diperlukan untuk datang ke klinik.

3.        SOCIAL – HISTORY / CASE HISTORY INTERVIEW
Ø Dilakukan pekerja sosial.
Ø Tujuan: mendapatkan informasi tentang perjalanan hidup baik pribadi atau sosial, masa kanak-kanak, orang tua, kehidupan keluarga, riwayat pendidikan, riwayat pekerjaan, hubungan dengan lawan jenis, kehidupan sosial, pernikahan, dsb.
Ø Dengan mengetahui riwayat hidup klien dapat dilihat tentang struktur dan fungsi kepribadiannya. Juga pemahaman tentang situasi kehidupan, stres dan kenyataan hidupnya.

4.        INTERIEW DENGAN INFORMAN
Ø Interview dengan significant others seperti orang tua, pasangan, saudara kandung, atau seseorang yang dekat dengan klien.
Ø Untuk mendapatkan informasi yang sulit didapat dari klien karena kondisi klien, misalnya: klien anak kecil, klien psikotik, depresi atau klien yang tuna wicara, dsb.
Ø Fokus: dunia kehidupan klien seperti yang mereka lihat.
Ø Biasanya dilakukan pada hubungan terapeutik dan jarang dalam tahap asesmen kecuali bagi klien yang sangat muda atau sangat menderita.

5.        INTERVIEW KLINIS LAINNYA
a.        Consultation Interview
·        Bersifat konsultasi, biasanya dilakukan di perusahaan atau sekolah (misal: guru BP/BK).
b.        Screening Interview
·        Interview dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan terhadap sejumlah orang dalam waktu singkat misalnya dalam militer kaitannya dengan pemindahan tugas, pemberian cuti, PHK atau di RS untuk menentukan nasib pasien, apakah bisa rawat jalan atau dipindah ke unit lain.
c.         Pre-Testing Interview
·        Untuk membina rapport dengan klien sebelum tes berlangsung.
·        Informasi yang diberikan: tujuan tes, aktivitas yang akan dilakukan selama tes, manfaat yang diperoleh.
·        Klien harus dijamin kerahasiaannya (asas konfidensial) baik identitas atau hasil tes dari pihak lain.
·        Perlu didapat juga informasi tentang faktor-faktor pribadi atau sosial yang mungkin diperlukan dalam proses interpretasi.

6.        RESEARCH INTERVIEW
Ø Dirancang untuk mendapatkan data riset.
Ø Bentuknya terstruktur dan terfokus.
Ø Bentuk dan isi ditentukan berdasarkan tujuan riset daripada kebutuhan individu.
Ø Semua individu diberi pertanyaan yang sama, sebagai bahan perbandingan.
Ø Yang perlu diperhatikan dalam kaitan dengan metodologi: Penyusunan pertanyaan, bentuk dan kondisi saat interview, metode pencatatan, validitas dan reliabilitas.
Ø Pelaksanaan harus sesuai dengan etika riset, persetujuan dan pemahaman klien.

C.       TAHAP-TAHAP INITIAL (ASSESSMENT) INTERVIEW
·        Pola interview: perasaan atau kondisi saat ini (present) → pengalaman masa lalu (past) → rencana dan aktivitas masa depan (future).
1.        FASE PEMBUKA
Ø Klinisi : tuan rumah; Klien: tamu. Beberapa menit pertama digunakan untuk membuat nyaman klien.
Ø Membangun rapport. Menggunakan bahasa verbal dan non verbal yang menunjukkan penerimaan. Klinisi bisa bertanya dengan pertanyaan sederhana misalnya tentang: bagaimana bisa menemukan klinik, bagaimana suasana perjalanan ke klinik, perkenalan, dsb. Semuanya dilakukan dengan lebih banyak sikap (bahasa non verbal) daripada kata-kata, attending behavior, simpatik.
Ø Setelah rapport terbina, berikan pertanyaan pembuka misalnya: “Apa yang membuat Anda datang kemari?”.
Ø Mencari informasi tentang: cara pandang klien terhadap masalah, tanggung jawab klien terhadap masalah, bagaimana klien memahami masalahnya apakah disebabkan karena masalah psikologis dalam dirinya atau disebabkan oleh orang lain atau situasi luar dirinya. Semuanya didapat dengan selalu mengeksplorasi.
Ø Klinisi bertanya dengan maksud mendorong klien untuk mengembangkan tema yang relevan dengan masalahnya dari sudut pandang klien.
Ø Memberikan kebebasan klien untuk menyampaikan hal-hal penting dalam dirinya. Rasa ingin tahu dan inquiry mendalam sebaiknya ditahan hingga saat yang tepat (tergantung situasi wawancara dan kondisi klien).
Ø Klien mungkin merasa cemas karena: menghadapi situasi baru, tidak yakin bagaimana dirinya harus bersikap atau takut menunjukkan kelemahannya di depan orang asing sekalipun itu adalah pihak yang akan membantunya.

Ø Klinisi harus:
·        Menunjukkan perhatian pada masalah klien
·        Penerimaan apa adanya
·        Memberikan kehangatan hubungan
·        Membantu klien memahami hubungan dalam proses klinis dan peran klien di dalamnya
·        Memberi empati
·        Memberikan perhatian terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin menyebabkan penderitaan klien
·        Contoh pernyataan: “Memang berat untuk bercerita tentang…..” (empati), “Jangan khawatir, sebagian besar orang merasakan hal seperti itu” (menurunkan intensitas perasaan klien; semua individu adalah unik sehingga setiap individu mempunyai perasaan yang berbeda dalam menghadapi permasalahan).
·        Pada fase ini dibentuk iklim atau suasana emosi dan interpersonal yang dapat mendukung proses perbaikan pada diri klien dan bermakna bagi klien.

2.        FASE PERTENGAHAN
·        Merupakan inti dari proses wawancara.
·        Fokusnya adalah mencari informasi yang diperlukan untuk merumuskan masalah dan karakteristik klien.
·        Secara umum klinisi berusaha untuk mempelajari:
a.        Apa masalah klien, simtom atau keluhannya? Mengapa dia mencari bantuan? Bagaimana kehidupannya saat ini?
b.        Apakah ada stressful events yang mempengaruhi permasalahannya sekarang?
c.         Bagaimana kepribadian klien?Apakah bakat, kelebeihan dan kompetensi atau kekurangan yang dimilikinya? Konflik, karakter, defense-defense apakah yang relevan dengan masalah saat ini? Apakah ada perubahan perilaku pada masa lalu? Apakah ada pengalaman masa kanak-kanak yang mungkin berhubungan dengan masalah sekarang?
d.        Apakah ada faktor-faktor organik yang relevan? Apakah perlu konsultasi medis?
·        Setelah klien bercerita tentang kesulitan-kesulitannya, lakukan inquiry misalnya: “Sudah berapa lama hal itu berlangsung?, “Bagaimana kehidupan Anda sebelumnya?:, dll.
·        Eksplorasi lagi tentang precipitating events (faktor-faktor pencetus) permasalahan klien.
·        Tidak ada urutan pertanyaan atau topik yang akan ditanyakan pada klien. Prinsip: wawancara dibangun dari klien.
·        Klinisi harus mempunyai formulasi sementara dalam pikirannya (working image) tentang permasalahan klien, lingkungan sosial, faktor pencetus, kebiasaan mekanisme coping, kepribadian klien, bakat dan intelektual, kapasitas kerja dan hubungan yang memuaskan, konsep diri, dll.
·        Tugas klinisi lainnya setelah itu adalah memutuskan tentang bentuk dan tujuan treatment.
·        Sampai tahap ini, klinisi harus bisa memastikan klien untuk bisa menerima psikoterapi, keinginannya untuk berubah, kesadaran diri, juga faktor-faktor pribadi dan sosial yang mungkin dsapat dipertimbangkan untuk kontak selanjutnya atau dirujuk ke pihak lain atau mungkin beberapa pengukuran emergensi misalnya pada kasus depresi dan potensial bunuh diri.

3.        FASE PENUTUP
·        Memberi ketenangan pada klien, informasi dan rencana selanjutnya juga harapan.
·        Klinisi diharapkan:
a.        Mengkomunikasikan secara empatik tentang kesulitan-kesulitan yang dialami selama wawancara.
b.        Apresiasi terhadap permasalahan klien.
c.         Harapan di waktu yang akan datang.
d.        Bicara jujur tentang keadaan klien, permasalahan dan merencanakan intervensi lanjutan.
e.         Membuat kesimpulan hasil interview.

Tugas portofolio 1


I.                   Pengantar

1.    Pengertian Psikoterapi
      Psikoterapi (Psychotherapy) berasal dari dua kata, yaitu "Psyche" yang
artinya jiwa, pikiran atau mental dan "Therapy" yang artinya penyembuhan, pengobatan atau perawatan. Psikoterapi adalah upaya intervensi oleh psikoterapis terlatih agar kliennya bisa mengatasi persoalannya. metode psikoterapi adalah wawancara tatap muka perorangan, tetapi dalam praktik banyak variasi teknik psikoterapi, tergantung pada teori yang mendasarinya dan jenis masalah yang sedang dihadapi klien.


2.    Tujuan Psikoterapi
                         Tujuan pikoterapi adalah untuk mengembalikan keadaan kejiwaan klien yang terganggu agar bisa berfungsi kembali dengan optimal sehingga klien tersebut bisa merasa dirinya lebih sehat mental.
Tujuan psikoterapi dengan pendekatan psikodinamik menurut Alfred Adler adalah meningkatkan keberanian, mengurangi perasaan inferior, dan mendorong berkembangnya minat sosial pasien. Adler menyadari bahwa tugas ini tidak mudah karena pasien atau klien berjuang untuk mempertahankan keadaannya sekarang yang dipandangkan menyenangkan.
Tujuan psikoterapi dengan pendekatam psikoanalisis menurut Corey  dirumuslan sebagai : membuat sesuatu yag tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Membantu klien dalam menghidupakan kembali pengalaman-pengalaman yang sudah lewat dan bekerja melalui konflik-konflik yang ditekan melalui pemahaman intelektual.
Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Realitas Menurut Ivey, et al adalah untuk memenuhi kebutuhan seseorang tanpa dicampur-tangani orang lain. Untuk menentukan keputusan yang bertanggung jawab dan untuk bertindak dengan menyadari sepenuhnya akan akibat-akibatnya.

3.    Unsur – unsur Psikoterapi
                       Masserman (1984) melaporkan delapan ‘parameter pengaruh’ dasar yang mencakup  unsur-unsur pada semua jenis psikoterapi,yaitu :
            a. Peran sosial (martabat)
b. Hubungan (persekutuan tarapeutik)
c. Hak
d. Retrospeksi
e. Reduksi
f. Rehabilitasi, memperbaiki ganggguan perilaku berat
g. Resosialisasi
h. Rekapitulasi

PERSAMAAN KONSELING DENGAN PSIKOTERAPI
1.       Tujuan-tujuan konseling dan psikoterapi adalah sama yaitu eksplorsasi diri,  
         pemahaman diri dan perubahan tindakan atau perilaku.
2.        Konseling dan psikoterapi bertujuan pula mencoba menghilangkan tingkah laku
         merusak diri (self defeating) pada klien.
3.       Baik konseling maupun psikoterapi memberi penekanan pentingnya perkembangan
        pembuatan keputusan dan keterampilan pembutan rencana oleh klien.
4.       Pentingnya saling berhubungan antara klien dankonseling ataupun psikoterapis
        disepakati sebagai suatu bagian integral dalam proses konseling ataupun psikoterapis.

4.   PERBEDAAN KONSELING DENGAN PSIKOTERAPI
                    1.    Konseling pada umumnya menangani orang normal. Sedangkan psikoterapi  
                         terutama menangani orang yang mengalami gangguan psikologis. 
                    2.    Konseling lebih edukatif, sportif, berorientasi, sadar, dan berjangka pendek.
                          Sedangkan psikoterapi lebih rekonstruktif, konfrontatif, berorientasi tak  
                          sadar, dan berjangka panjang.
                    3.    Konseling lebih terstruktur dan terarah pada tujuan yang terbatas dan
                          konkret. Sedangkan psikoterpai sengaja dibuat lebih ambigu dan memiliki  
                          tujuan yang berubah-ubah serta erkembang terus.


5.         Pendekatan Terhadap Mental Lines :
·         Biological, Meliputi keadaan mental organik, penyakit afektif, psikosis   dan penyalahgunaan zat. Menurut Dr. John Grey, Psikiater Amerika (1854) pendekatan ini lebih manusiawi. Pendapat yang berkembang waktu itu adalah penyakit mental disebabkan karena kurangnya insulin dalam tubuh. Lalu dikembangkan terapi injeksi insulin . juga mulai dikembangkan upaya bedah otak di London.
·                      Psychological, Meliputi suatu peristiwa pencetus dan efeknya terhadap perfungsian yang buruk, sekuele pasca-traumatic, kededihan yang tak terselesaikan, krisis perkembangan, gangguan pikiran dan respons emosional penuh stress yang dilimbulkan. Selain itu pendekatan ini juga meliputi pengaruh sosial, ketidakmampuan individu berinteraksi dengan lingkungan dan hambatan pertumbuhan sepanjang hidup individu. Ini dimulai dari teori psikoanlisis Freud tahun (1856-1939)
·                      Sosiological, Meliputi kesukaran pada sistem dukungan sosial, makna sosial atau budaya dari gejala dan masalah keluarga. Dalam pendekatan ini harus mempertimbangkan pengaruh proses-proses sosialisasi yang berlatarbelakangkan kondisi sosio-budaya tertentu.
·                      Philosophic, Kepercayaan terhadap martabat dan harga diri seseorang dan kebebasan diri seseorang untuk menentukan nilai dan keinginannya. Dalam pendekatan ini dasar falsafahnya tetap ada, yaitu menghagai sistem nilai yang dimiliki oleh klien, sehingga tidak ada istilah keharusan atau pemaksaan.

6.         Bentuk Utama Terapi
Bentuk utama Terapi menurut Wolberg  yaitu:
a)    Supportive Therapy
Terapi yang bertujuan untuk memperkuat benteng pertahanan diri, memperluas mekanisme pengarahan dan pengendalian emosi kepribadian serta mengembalikan pada penyesuaian diri yang seimbang.
b)   Reeducative Therapy
Terapi yang bertujuan untuk mewujudkan penyesuaian kembali, perubahan atau modifikasi sasaran atau tujuan hidup dan menghidupkan potensi kreatif.
c)    Reconstructive Therapy
Terapi yang bertujuan untuk menimbulkan pemahaman terhadap konflik-konflik yang tidak disadari agar terjadi perubahan struktur karakter dan mengembangkan potensi penyesuaian yang baru.

II. TERAPI PSIKOANALISIS (Sigmund Freud)


1. Konsep dasar teori psikoanalisis tentang kepribadian

a.  Kesadaran

  • Mimpi-mimpi, merupakan representative dari kebutuhan, hasrat-hasrat, dan konflik.
  • Simbol-simbol dalam mimpi.
  • salah ucap / lupa → terhadap nama yang dikenal
  • sugesti pascahipnotik
  • bahan – bahan  yang berasal dari teknik – teknik  asosiasi bebas
  • Bahan-bahan yang berasal dari teknik proyektif.


    b.  Struktur kepribadian

    - id, merupakan sistem kepribadian manusia yang asli, dibawa sejak lahir, berisi semua aspek psikologik seperti insting, impuls, dan drive (dorongan). Id berorientasi pada prinsip kesenangan (pleasure principle) atau prinsip reduksi ketegangan, yang merupak sumber dari dorongan-dorongan biologis (makan, minum, tidur, dll).

    - Ego, ego berkembang dari id agar seseorang mampu menangani realita, sehingga ego beroperasi mengikuti prinsip realita. Dalam mencapai kepuasan ego berdasar pada proses sekunder yaitu berfikir realistic dan berfikir rasional.

    - Superego, merupakan kekuatan moral dan etika dari kepribadian, yang memakai konsep idealistik sebagai lawan dari konsep kepuasan id dan realisitk ego. komponen kepribadian terkait dengan standar atau norma masyarakat mengenai baik dan buruk, benar dan salah.  
  • c. Mekanisme pertahanan ego
Karakterisitk pertahanan ego yakni :

 - Tidak disadari

- Menolak atau mendistorsi kenyataan

- Berusaha memindahkan kepribadian diri sendiri ke orang lain (proyektif).
Secara tidak sadar, dia akan bertahan dengan cara memblokir seluruh dorongan-dorongan atau menciutkan dorongan-dorongan tersebut menjadi wujud yang lebih dapat diterima atau tidak terlalu mengancam.


2.  Unsur - unsur terapi

     a.  Muncul gangguan
         Terapis berusaha memunculkan penyebab-penyebab yang menjadi akar permasalahan dari klien, untuk lebih mengenal karakteristik penyebab gangguan tersebut, kemudian terapis, memperkuat kondisi psikis dari diri klien, sehingga apabila klien mengalami gangguan yang serupa, diri klien akan lebih siap menghadapi dan mencari solusi dengan cepat.

    b.  Tujuan terapi
         erfokus kepada upaya penguatan diri klien, agar dikemudia hari apabila klien mengalami problem yang sama, maka klin akan lebih siap.

    c.   Peran terapis
         Membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam melakukan hubungan personal dalam menangani kecemasan secara realistis, membangun hubungan kerja dengan klien, dengan banyak mendengar & menafsirkan, terapis memberikan perhatian khusus pada penolakan-penolakan klien, mendengarkan kesenjangan dan pertentangan pada cerita klien.


3.  Tekni-tekni terapi

     a. Free association
         Salah satu alat untuk open the door / membuka kotak pandora : keinginan, fantasi, pikiran, perasaan, konflik, motivasi yang tidak disadari
prosedur :

- pasien rileks duduk / berbaring di sofa

- mengatakan apapun yang ada di pikiran (tanpa sensor)

(di interpretasi sebagai ekspresi simbolik dari pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan yang direpres)
tugas terapis :

mendengarkan, mencatat, menganalisis /menginterpretasi bahan yang direpres, memberitahu / membimbing pasien memperoleh insight (dinamika yang mendasari perilaku yang tidak disadari).


      b.  Analisis  transference
          Pasien dipersilahkan untuk mengungkapkan perasaan-perasaan yang dimiliki terhadap significant other (seringkali orang tua), kepada terapis
terjadi ketika muncul konflik/ kebutuhan /dorongan masa lalu (cinta, benci, seksualitas, penolakan) & dibawa ke masa sekarang (terhadap terapis)
tugas terapis :

- menginterpretasi/menganalisis,

- membuat pasien memperoleh insight (dapat membedakan fantasi – realitas, masa lalu – sekarang, menyadari dorongan-dorongan yang tidak disadarinya)

- membantu pasien mengatasi konflik2 lama yang menghambat dirinya (mampu : mengatasi mispersepsi, mis-interpretasi, mengevaluasi kecemasan / dorongan yang tidak realistik, membuat keputusan yang realistik & matang).


        c.   Analisis  resistance
             Ditujukan untuk membantu klien agar menyadari alasan-alasan yg ada dibalik resistensi sehingga dia bisa menanganinya.
                         d.   Analisis Mimpi
            Suatu prosedur yang penting untuk menyingkap bahan-bahan yang tidak
             disadari dan  memberikan kepada klien atas beberapa area masalah yang tak
             terselesaikan.


Sumber :
Mappiare, Andi. 1992. Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Semiun. Yustinus. 2006. Kesehatan Mental. Yogyakarta. Kanisius
Gunarsa, S.D. (2007). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia
Robert, S.H. (1997). Buku Psikoterapi: Jakarta : Tiga Berlian