Sabtu, 21 Juni 2014

Tugas Portofolio ke 4


Tugas Portofolio ke 4

A.    Terapi Kelompok
1.      Konsep dasar pandangan terapi kelompok tentang kepribadian
     konsep tentang kelompok telah dikemukakan oleh para ahli baik dalam buku karangan maupun dalam jurnal-jurnal kesehatan yang telah diterbitkan. Struart & Laria mengemukakan kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu dengan yang lain, saling tergantung dan memiliki norama yang sama (Keliat B.A & Akemat 2004). Anggota kelompok mungkin datang dari berbagai latar belakang yang harus ditangani sesuai dengan keadaannya seperti agresif, takut kebencian, kompetitip, kesamaan, ketidaksamaan, kesukaan dan menarik. Semua kondisi ini akan mempengaruhi dinamika kelompok, tergantunmg bagaimana anggota kelompok dapat mengiterpretasikan segala sesuatu yang menstimulus kelompok tersebut.

2.      Unsur – unsur terapi munculnya gangguan, tujuan terapi, peran terapis
      Unsur-unsur Terapi : Munculnya gangguan. Muncul dua aliran yang berbeda yang mencakup gambaran tentang proses terapi kelompok. Satu aliran memusatkan pada peraturan para anggota dan pemimpin, sementara aliran lainnya memeriksa dengan menggunakan kerangka kerja teoritis untuk memimpin kelompok .
      Tujuan kelompok adalah membantu anggotanya berhubungan dengan lain mengubah prilaku yang destruktif dan maladaptif. Kekuatan kelompok ada pada kontribusi dari setiap anggota dan pimpinan dalam mencapai tujuanya. Kelompok berfungsi sebagai tempat berbagi pengalaman dansaling membantu satu sama lain, untuk menemukan cara penyelesaian masalah. Kelompok merupakan laboratorium tempat mencoba dan menemukan hubungasn interpersonal yang baik, serta mengembangkan prilaku yang adaptif. Anggota kelompok merasa memiliki, diakui dan dihargai eksistensinya oleh anggota kelompok yang lain.
Tujuan Terapi antara lain :
a.   Menjadi lebih terbuka dan jujur terhadap diri sendiri dan orang lain
b.    Belajar mempercayai diri sendiri dan orang lain
c.     Berkembang untuk lebih menerima diri sendiri
d.     Belajar berkomunikasi dengan orang lain
       Peran Kelompok Pemimpin perlu mengobservasi peran yang terjadi dalam kelompok. Ada beberapa peran dan fungsi kelompok yang ditampilkan anggota kelompok daslam kerja kelompok yaitu maintenance roles yaitu peran serta akyif dalam proses kelompok dan fungsi kelompok. Task roles yaitu focus pada penyelesaian tugas, dan individual roles adalah self centered dan distraksi pada kelompok. Peran Terapis yang terpenting dalam konseling/terapi kelompok adalah konselor/terapis harus mempunyai dasar teori dan terlatih untuk memimpin kelompok, karena dikuatirkan membuat lebih buruk keadaan.

3.      Teknik - teknik Terapi, antara lain :
1. Teknik yang melibatkan para anggota
2. Teknik yang melibatkan pemimpin
3. Menggunakan babak-babak terapeutik
4. Teknik sesekali membantu lebih dari satu anggota

B.     Terapi Keluarga
1.      Konsep dasar pandangan terapi keluarga tentang kepribadian
        Penelitian mengenai terapi keluarga dimulai pada tahun 1950-an oleh seorang Antropologis bernama Gregory Bateson yang meneliti tentang pola komunikasi pada keluarga pasien skizofrenia di Palo Alto, California. Penelitian ini menghasilkan 2 konsep mengenai terapi dan patologi keluarga, yaitu :
1.      the double bind (ikatan ganda)
Dalam terapi keluarga, munculnya gangguan terjadi saat salah satu anggota membaik tetapi anggota keluarga lain menghalang-halangi agar keadaan tetap stabil.
2.      family homeostasis (kestabikan keluarga).
       Chapter ini memaparkan sejumlah model teoritis yang menjadi dasar berkembangnya bentuk-bentuk terapi keluarga. Goldenberg dan Goldenberg (1985) menekankan pada lima pendekatan ilmiah dan perkembangan klinis yang memprakarsai family terapy.
Kelima pendekatan tersebut adalah :
1)   Eksistensi treatment psikoanalitas terhadap masalah-masalah emosi, termasuk pola interaksi keluarga yang menyeluruh.
2)   General system theory yang menekankan pada interaksi dari suatu bagian yang memiliki keterkaitan dengan sistem secara menyeluruh.
3)   Investigasi pada peran keluarga terhadap anggota keluarga yang menderita schizopherina,
4)   Evolusi dalam hal child guidence, dan marital counseling serta
5)   Meningkatnya minat terhadap teknis klinis yang baru seperti terapi kelompok.
       Terapi keluarga sering dimulai dengan fokus pada satu anggota keluarga yang mempunyai masalah. Khususnya, klien yang diidentifikasi adalah remaja laki-laki yang sulit diatur oleh orang tuanya atau gadis remaja yang mempunyai masalah makan. Sesegara mungkin, terapis akan berusaha untuk mengidentifikasi masalah keluarga atau komunikasi keluarga yang salah, untuk mendorong semua anggota keluarga mengintrospeksi diri menyangkut masalah yang muncul. Tujuan umum terapi keluarga adalah meningkatkan komunikasi karena keluarga bermasalah sering percaya pada  pemahaman tentang arti penting dari komunikasi (Patterson, 1982).

2.      Unsur - unsur terapi munculnya gangguan tujuan terapi peran terapis
     Unsur – Unsur Terapi Keluarga, antara lain : Terapi keluarga didasarkan pada teori system (Van Bertalanffy, 1968) yang terdiri dari 3 prinsip. Pertama adalah kausalitas sirkular, artinya peristiwa berhubungan dan saling bergantung bukan ditentukan dalam sebab satu arah–efek perhubungan. Jadi, tidak ada anggota keluarga yang menjadi penyebab masalah lain; perilaku tiap anggota tergantung pada perbedaan tingkat antara satu dengan yang lainnya.
     Prinsip kedua, ekologi, mengatakan bahwa system hanya dapat dimengerti  sebagai pola integrasi, tidak sebagai kumpulan dari bagian komponen. Dalam system keluarga, perubahan perilaku salah satu anggota akan mempengaruhi yang lain.  
       Prinsip ketiga adalah subjektivitas yang artinya tidak ada pandangan yang objektif terhadap suatu masalah, tiap anggota keluarga mempunyai persepsi sendiri dari masalah keluarga.
       Tujuan Terapi Keluarga, antara lain : Tujuan pertama adalah menemukan bahwa masalah yang ada berhubungan dengan keluarganya, kemudian dengan jalan apa dan bagaimana anggota keluarga tersebut ikut berpartisipasi. Ini dibutuhkan untuk menemukan siapa yang sebenarnya terlibat, karenanya perlu bergabung dalam sesi keluarga dalam terapi ini, juga memungkinkan apabila diikutsertakan tetangga, nenek serta kakek, atau keluarga dekat yang berpengaruh. Ada cara tercepat dalam terapi dimana terapis keluarga membuat usaha untuk mempengaruhi seluruh anggota keluarga dengan menunjukan cara dimana mereka berinteraksi dalam sesi keluarga itu. Kemudian, setiap anggota keluarga diminta menyampaikan harapan untuk perkembangan diri mereka sebaik mungkin, umumnya untuk menyampaikan komitmen pada terapis.
Tujuan jangka panjang bergantung pada bagian terapis keluarga, apakah sebagian besar yang dilakukan untuk mengembangkan status mengenali pasien, klarifikasi pola komunikasi dlm keluarga, dll. Dalam survey, responden diminta menyebut tujuan primer dan sekunder mereka, untuk seluruh keluarga, kedalam 8 kemungkinan tujuan. Tujuan yang disebut sebagai tujuan primer ‘mengembangkan komunikasi’ untuk seluruh keluarga, ternyata lebih dipilih ‘mengembangkan otonomi dan individuasi’. Sebagian memilih ‘pengembangan symptom individu’ dan ‘mengembangkan kinerja individu’. Memfasilitasi fungsi individu adalah tujuan utama dari terapi individual, tetapi para terapis keluarga melihat sebagai bukan yang utama dalam proses perubahan keluarga yang luas, khususnya sistem komunikasi dan sikap anggota keluarga yang menghormati anggota lainnya.

3.      Teknik Terapi
      Therapist harus yang lebih memiliki kemampuan dalam penggunaan kendali, melembutkan argumentasi, dan memandu diskusi. Terapi keluarga meletakkan therapist dalam suatu hubungan yang berbeda dengan klien’nya dibanding dalam  terapi kelompok atau individu. Ia tidak dimulai dari dasar yang sama atau dari sama sama ketidak-tahuan. Anggota keluarga masuk dengan suatu pengalaman umum; therapist adalah orang luar. Dalam pelaksanaan bahkan untuk mengerti sindiran sindiran mereka untuk membagi bersama pengalaman, ia harus belajar ke kultur keluarga, bahasa dan aturan. Therapist harus sampai kepada dalamnya sistem keluarga memahami dan bekerja dengan itu. Sekalipun begitu ia tidak bisa menjadi 'yang diatur & bagian dari sistem', karena ia harus menyendiri dari itu dalam rangka memahami aktivitas nya dan untuk memandu perubahan nya. Begitu, sisanya antar detasemen dan keterlibatan menjadi yang lebih dikritisi dalam keluarga therapy dibanding dalam bentuk lain psikoterapi. Cara-cara lain, adalah dengan  berbagi tugas yang umum dari semua therapists, untuk menyediakan suatu atmospir yang mendukung dan aman untuk menghadapi pengalaman menyakitkan.
       Therapy umumnya mulai dengan usaha untuk menemukan apa yang sedang mengganggu keluarga dan apa yang mereka harapkan melalui terapi ini. Sesi pertama atau kedua hanya boleh melibatkan pasangan yang sudah menikah, dimana sebagai pemimpin menyangkut keluarga.

C.    Terapi Bermain
1.      Konsep dasar pandangan terapi bermain tentang kepribadian
        Santrock (1995: 272) menyatakan bermain peran (role play) ialah suatu kegiatan yang menyenangkan. Secara lebih lanjut bermain peran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh kesenangan. Role playing merupakan suatu metode bimbingan dan konseling kelompok yang dilakukan secara sadar dan diskusi tentang peran dalam kelompok. Di dalam kelas, suatu masalah diperagakan secara singkat sehingga siswa dapat mengenali karakter tokoh seperti apa yang siswa peragakan tersebut atau yang menjadi lawan mainnya memiliki atau kebagian peran seperti apa. Santrock juga menyatakan bermain peran memungkinkan anak mengatasi frustrasi dan merupakan suatu medium bagi ahli terapi untuk menganalisis konflik-konflik anak dan cara-cara mereka mengatasinya.
         Ginnot (1961; dalam Eka, 2008) menyatakan bermain peran diyakini sebagai sarana perkembangan potensi juga dapat dijadikan sebagai media terapi. Terapi bermain peran khususnya merupakan pendekatan yang sesuai untuk melakukan konseling dengan anak karena bermain adalah hal yang alami bagi anak. Melalui manipulasi mainan, anak dapat menunjukkan bagaimana perasaan mengenai dirinya, orang-orang yang penting serta peristiwa dalam hidupnya secara lebih memadai daripada melalui kata-kata.
       Bermain pada anak merupakan salah satu sarana untuk belajar. Melalui kegiatan bermain yang menyenangkan, anak berusaha untuk menyelidiki dan mendapatkan pengalaman yang kaya, baik pengalaman dengan dirinya sendiri, orang lain maupun dengan lingkungan di sekitarnya.
Terdapat lima karakteristik bermain peran, yaitu:
1.      Merupakan sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai yang positif bagi anak.
2.      Didasari motivasi yang muncul dari dalam. Jadi anak melakukan kegiatan itu atas kemauannya sendiri.
3.      Sifatnya spontan dan sukarela, bukan merupakan kewajiban. Anak merasa bebas memilih apa saja yang ingin dijadikan alternatif bagi kegiatan bermainnya.
4.      Senantiasa melibatkan peran aktif dari anak, baik secara fisik maupun mental.
5.      Memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan sesuatu yang bukan bermain, seperti kemampuan kreatif, memecahkan masalah, kemampian berbahasa, kemampuan memperoleh teman sebanyak mungkin dan sebagainya.

2.      Unsur - unsur terapi munculnya gangguan, tujuan terapi, peran terapis.
    Munculnya gangguan, antara lain : Permainan merupakan suatu kesibukan yang ada dalam kehidupan sehari-hari dari diri anak berkebutuhan khusus  dan berguna bagi dirinya dalam kehidupannya yang mandiri kelak.
       Tujuan Terapi, antara lain :
a.       Fisik meliputi perkembangan kekuatan organ tubuh, peningkatan ketahanan otot-
otot dan organ tubuh, pencegahan dan perbaikan sikap tubuh yang kurang baik.
b.      Intelektual meliputi kemampuan berkomunikasi, menghitung angka dalam suatu
permainan sehingga dapat dikatakan menang atau kalah dll.
c.       Emosi : penerimaan atas pimpinan orang lain, bagaimana ia memimpin dll.

d.      Sosialisasi : bagaimana dapat bermain bersama, meningkatkan hubungan yang sehat dalam kelompok.  

   Peran Terapis, dalam pendidikan :
a.       Sarana pencegahan : tidak menambah permasalahan baru dan menghmbat proses belajarnya.
b.      Sarana penyembuhan : dapat disembuhkan atau dilatih sebagai sarana belajar melalui bentuk-bentuk permainan yang ber7an mengembalikan fungsi fisik,psiko-terapi,modifikasi perilaku, mengembangkan fungsi sosial, melatih bicara, mempertajam atau latihan visual, latihan auditif, latihan taktil, dll.
c.       Sarana penyesuaian diri : anak-anak sulit beradaptasi, oleh karena itu dilatih bekelompok dalam permainan.

3.      Teknik-teknik Terapi
      Penggunaan terapi bermain sebagai teknik psikoterapi.
1.      Nilai Terapiutik dari Permainan
2.      Kepada Siapa Terapi Bermain Diberikan
3.      Prosedur dalam Terapi Bermain.
4.      Hal Penting Sesudah Terapi Bermain.

  1. Review : Sebutkan tokoh dari terapi - terapi di bawah ini, dan jelaskan teknik - teknik terapinya.
1.      Terapi Psikoanalisis (Sigmund Freud)
Tekni-tekni terapi, antara lain :

     a. Free association
         Salah satu alat untuk open the door / membuka kotak pandora : keinginan, fantasi, pikiran, perasaan, konflik, motivasi yang tidak disadari
prosedur :

- pasien rileks duduk / berbaring di sofa

- mengatakan apapun yang ada di pikiran (tanpa sensor)

(di interpretasi sebagai ekspresi simbolik dari pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan yang direpres)
tugas terapis :

mendengarkan, mencatat, menganalisis /menginterpretasi bahan yang direpres, memberitahu / membimbing pasien memperoleh insight (dinamika yang mendasari perilaku yang tidak disadari).

      b.  Analisis  transference
          Pasien dipersilahkan untuk mengungkapkan perasaan-perasaan yang dimiliki terhadap significant other (seringkali orang tua), kepada terapis
terjadi ketika muncul konflik/ kebutuhan /dorongan masa lalu (cinta, benci, seksualitas, penolakan) & dibawa ke masa sekarang (terhadap terapis)
tugas terapis :

- menginterpretasi/menganalisis,

- membuat pasien memperoleh insight (dapat membedakan fantasi – realitas, masa lalu – sekarang, menyadari dorongan-dorongan yang tidak disadarinya)

- membantu pasien mengatasi konflik2 lama yang menghambat dirinya (mampu : mengatasi mispersepsi, mis-interpretasi, mengevaluasi kecemasan / dorongan yang tidak realistik, membuat keputusan yang realistik & matang).

        c.   Analisis  resistance
             Ditujukan untuk membantu klien agar menyadari alasan-alasan yg ada dibalik resistensi sehingga dia bisa menanganinya.
       d.   Analisis Mimpi
            Suatu prosedur yang penting untuk menyingkap bahan-bahan yang tidak disadari dan  memberikan kepada klien atas beberapa area masalah yang tak terselesaikan.

2.      Terapi Humanistik Eksistensial (Carl Rogers)
Teknik-teknik yang digunakan dalam konseling eksistensial-humanistik, yaitu :
1. Penerimaan
2. Rasa hormat
3. Memahami
4. Menentramkan
5. Memberi dorongan
6.Pertanyaan terbatas
7. Memantulkan pernyataan dan perasaan klien
8. Menunjukan sikap yang mencerminkan ikut mersakan apa yang dirasakan klien
9. Bersikap mengijinkan untuk apa saja yang bermakna

3.      Person Centered Therapy (Carl Rogers)
     Untuk terapis person – centered, kualitas hubungan terapis jauh lebih penting daripada teknik. Rogers, percaya bahwa ada tiga kondisi yang perlu dan sudah cukup terapi, yaitu :
1.      Empathy
2.      Positive Regard (acceptance)
           3.      Congruence
       Empati adalah kemampuan terapis untuk merasakan bersama dengan klien dan menyampaikan pemahaman ini kembali kepada mereka. Empati adalah usaha untuk berpikir bersama dan bukan berpikir tentang atau mereka. Rogers mengatakan bahwa penelitian yang ada makin menunjukkan bahwa empati dalam suatu hubungan mungkin adalah faktor yang paling berpengaruh dan sudah pasti merupakan salah satu faktor yang membawa perubahan dan pembelajaran.
      Positive Regard yang di kenal juga sebagai akseptansi adalah geunine caring yang mendalam untuk klien sebagai pribadi – sangat menghargai klien karena keberadaannya.
      Congruence / Kongruensi adalah kondisi transparan dalam hubungan tarapeutik dengan tidak memakai topeng atau pulasan – pulasan. Menurut Rogers perubahan kepribadian yang positif dan signifikan hanya bisa terjadi di dalam suatu hubungan.

4.      Logotherapy (Frankl)
a.  Paradoxical Intention  (pembalikan keinginan) 
     Teknik intensi paradoksikal merupakan teknik yang dikembangkan Frankl berdasarkan kasus kecemasan antispatori, yaitu kecemasan yang ditimbulkan oleh antisipasi individu atas suatu situasi atau gejala yang ditakutinya. Intensi paradoksikal adalah keinginan terhadap sesuatu yang ditakuti.
           b.   De-reflection  (meniadakan perenungan)
       Derefleksi merupakan teknik yang mencoba untuk mengalihkan perhatian berlebihan ini pada suatu hal di luar individu yang lebih positif. Derefleksi memanfaatkan kemampuan transendensi diri yang ada pada manusia. Dengan teknik ini individu diusahakan untuk membebaskan diri dan tak memperhatikan lagi kondisi yang tidak nyaman untuk kemudian lebih mencurahkan perhatian kepada hal-hal lain yang positif dan bermanfaat. Dengan berusaha mengabaikan keluahannya, kemudian mengalihkannya pada hal-hal yang bermanfaat, gejala, kemudian mengalihkannya pada hal-hal yang bermanfaat, gejala hyper intention akan menghilang (Bastaman, 1995).
            c.  Bimbingan Rohani
      Bimbingan rohani adalah metode yang khusus digunakan terhadap pada penanganan kasus dimana individu berada pada penderitaan yang tidak dapat terhindarkan atau dalam suatu keadaan yang tidak dapat dirubahnya dan tidak mampu lagi berbuat selain menghadapinya. Pada metode ini, individu didorong untuk merealisasikan nilai bersikap dengan menunjukkan sikap positif terhadap penderitaanya dalam rangka menemukan makna di balik penderitaan tersebut.
            d. Ekstensial Analisis
      Terapi eksistensial bertujuan agar klien mengalami keberadaannya secara otentik dengan menjadi sadar atas keberadaan dan potensi-potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka diri dan bertindak berdasarkan kemampuannya. Dalam analisis eksistensial, psikolog tidak mengarahkan, membimbing, atau menilai klien berdasarkan praduga-praduga. Tugas psikolog hanyalah membantu klien menjadi dirinya yang otentik.

5.      Analisis tranksaksional (Berne)
         teknik-teknik yang dapat dipilih dan diterapkan dalam analisis transaksional, yaitu;
1.      Analisis struktural, para klien akan belajar bagaimana mengenali  ketiga perwakilan ego-nya, ini dapat membantu klien untuk mengubah pola-pola yang dirasakan dapat menghambat dan membantu klien untuk menemukan perwakilan ego yang dianggap sebagai landasan tingkah lakunya, sehingga dapat melihat pilihan-pilihan.
2.      Metode-metode didaktik, analisis transaksional menekankan pada domain kognitif, prosedur belajar-mengajar menjadi prosedur dasar dalam terapi ini.
3.      Analisis transaksional, adalah penjabaran dari yang dilakukan orang-orang terhadap satu sama lain, sesuatu yang terjadi diantara orang-orang melibatkan suatu transaksi diantara perwakilan ego mereka, dimana saat pesan disampaikan diharapkan ada respon. Ada tiga tipe transaksi yaitu; komplementer, menyilang, dan terselubung.

6.      Rational Emotive Therapy (Ellis)
Dalam RET, terdapat tiga teknik yang besar: Teknik-teknik Kognitif; Teknik-teknik Emotif dan Teknik-teknik Behavioristik.
1.      Teknik-Teknik Kognitif
Teknik-teknik kognitif adalah teknik yang digunakan untuk mengubah cara berfikir klien. Dewa Ketut menerangkan ada empat teknik besar dalam teknik-teknik kognitif :
a.       Teknik Pengajaran - Dalam RET, konselor mengambil peranan lebih aktif dari klien. Teknik ini memberikan keleluasan kepada konselor untuk berbicara serta menunjukkan sesuatu kepada klien, terutama menunjukkan bagaimana ketidaklogisan berfikir itu secara langsung menimbulkan gangguan emosi kepada klien tersebut.
b.      Teknik Persuasif - Meyakinkan klien untuk mengubah pandangannya kerana pandangan yang ia kemukakan itu tidak benar. Konselor langsung mencoba meyakinkan, mengemukakan pelbagai argumentasi untuk menunjukkan apa yang dianggap oleh klien itu adalah tidak benar.
c.       Teknik Konfrontasi - Konselor menyerang ketidaklogisan berfikir klien dan membawa klien ke arah berfikir yang lebih logik.

2.      Teknik-Teknik Emotif
Teknik-teknik emotif adalah teknik yang digunakan untuk mengubah emosi klien. Antara teknik yang sering digunakan ialah:
a.      Teknik Sosiodrama - Memberi peluang mengekspresikan pelbagai perasaan yang menekan klien itu melalui suasana yang didramatisasikan sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri secara lisan, tulisan atau melalui gerakan dramatis.
b.      Teknik 'Self Modelling' - Digunakan dengan meminta klien berjanji dengan konselor untuk menghilangkan perasaan yang menimpanya. Dia diminta taat setia pada janjinya.
c.       Teknik 'Assertive Training' - Digunakan untuk melatih, mendorong dan membiasakan klien dengan pola perilaku tertentu yang diinginkannya.

3.      Teknik-Teknik Behavioristik
Teknik ini khusus untuk mengubah tingkah laku pelajar yang tidak diingini. Antara teknik ini ialah:
a.       Teknik Reinforcement - Mendorong klien ke arah perilaku yang diingini dengan jalan memberi pujian dan hukuman. Pujian pada perilaku yang betul dan hukuman pada perilaku negatif yang dikekalkan.
b.      Teknik Social Modelling - Digunakan membentuk perilaku baru pada klien melalui peniruan, pemerhatian terhadap Model Hidup atau Model Simbolik dari segi percakapan dan interaksi serta pemecahan masalah.

7.      Teknik Perilaku (Behavior Therapy)
   1.  Training Relaksasi, merupakan teknik untuk menanggulangi stress yang dialami dalam kehidupan sehari-hari, yang mana seringnya dimanifestasikan dengan simtom psikosomatik, tekanan darah tinggi dan masalah jantung, migrain, asma dan insomnia. Tujuan metode ini sebagai relaksasi otot dan mental. Dalam teknik ini, klien diminta rileks dan mengambil posisi pasif dalam lingkungannya sambil mengerutkan dan merilekskan otot secara bergantian. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menarik nafas yang dalam dan teratur sambil membanyangkan hal-hal yang menyenangkan.
    2. Desensitisasi Sistemik, merupakan teknik yang cocok untuk menangani fobia-fobia, tetapi juga dapat diterapkan pada penanganan situasi penghasil kecemasan seperti situasi interpersonal, ketakutan menghadapi ujian, ketakutan-ketakutan yang digeneralisasi, kecemasan-kecemasan neurotik serta impotensi dan frigiditas seksual. Teknik ini melibatkan relaksasi dimana klien dilatih untuk santai dan keadaan-keadaan santai dengan pengalaman-pengalaman pembangkit kecemasan yang dibayangkan atau yang divisualisasi. Situasi-situasi dihadirkan dalam suatu rangkaian dari yang sangat tidak mengancam kepada yang sangat mengancam. Tingkatan stimulus-stimulus penghasil kecemasan dipasangkan secara berulang-ulang dengan stimulus-stimulus penghasil keadaan santai sampai kaitan antara stimulus-stimulus penghasil kecemasan dan respons kecemasan tersebut terhapus.
      3. Latihan Asertif, merupakan teknik terapi yang menggunakan prosedur-prosedur permainan peran dalam terapi. Latihan asertif ini akan membantu bagi orang-orang yang:
a. Tidak mampu mengungkapkan kemarahan/perasaan tersinggung
b.  Menunjukkan kesopanan yang berlebihan dan selalu mendorong orang lain untuk
     mendahuluinya
c.     Memiliki kesulitan untuk mengatakan ‘tidak’.

8.      Terapi Kelompok (Samuel Slavson)
Teknik - teknik Terapi, antara lain :
1. Teknik yang melibatkan para anggota
2. Teknik yang melibatkan pemimpin
3. Menggunakan babak-babak terapeutik
4. Teknik sesekali membantu lebih dari satu anggota

9.      Terapi Keluarga (Gregory Bateson)
         Therapist harus yang lebih memiliki kemampuan dalam penggunaan kendali, melembutkan argumentasi, dan memandu diskusi. Terapi keluarga meletakkan therapist dalam suatu hubungan yang berbeda dengan klien’nya dibanding dalam  terapi kelompok atau individu. Ia tidak dimulai dari dasar yang sama atau dari sama sama ketidak-tahuan. Anggota keluarga masuk dengan suatu pengalaman umum; therapist adalah orang luar. Dalam pelaksanaan bahkan untuk mengerti sindiran sindiran mereka untuk membagi bersama pengalaman, ia harus belajar ke kultur keluarga, bahasa dan aturan. Therapist harus sampai kepada dalamnya sistem keluarga memahami dan bekerja dengan itu. Sekalipun begitu ia tidak bisa menjadi 'yang diatur & bagian dari sistem', karena ia harus menyendiri dari itu dalam rangka memahami aktivitas nya dan untuk memandu perubahan nya. Begitu, sisanya antar detasemen dan keterlibatan menjadi yang lebih dikritisi dalam keluarga therapy dibanding dalam bentuk lain psikoterapi. Cara-cara lain, adalah dengan  berbagi tugas yang umum dari semua therapists, untuk menyediakan suatu atmospir yang mendukung dan aman untuk menghadapi pengalaman menyakitkan.
         Therapy umumnya mulai dengan usaha untuk menemukan apa yang sedang mengganggu keluarga dan apa yang mereka harapkan melalui terapi ini. Sesi pertama atau kedua hanya boleh melibatkan pasangan yang sudah menikah, dimana sebagai pemimpin menyangkut keluarga.

10.  Terapi Bermain (Santrock)
Penggunaan terapi bermain sebagai teknik psikoterapi.
1.      Nilai Terapiutik dari Permainan
2.      Kepada Siapa Terapi Bermain Diberikan
3.      Prosedur dalam Terapi Bermain.
4.      Hal Penting Sesudah Terapi Bermain.

SUMBER :
Goldenberg, I., Goldenberg, H. 1985. Family Therapy: An Overview.
Mappiare, Andi. 1992. Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Semiun. Yustinus. 2006. Kesehatan Mental. Yogyakarta. Kanisius
Gunarsa, S.D. (2007). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia
Robert, S.H. (1997). Buku Psikoterapi: Jakarta : Tiga Berlian
http://himcyoo.wordpress.com/2012/06/07/konseling-eksistensial-humanistik-2/
http://www.mediawiki.org/wiki/Thread:Template_talk:Help_box/Analisis_Psikoterapi