Rabu, 16 April 2014

Pendekatan 4P Dalam Pengembangan Kreativitas


Pendekatan 4P Dalam Pengembangan Kreativitas

Setiap orang pada dasarnya memiliki bakat kreatif dan kemampuan untuk mengungkapkan dirinya secara kreatif,meskipun dalam proses pengungkapannnya berbeda-beda,tetapi yang penting ialah bahwa bakat tersebut  perlu dikembangkan dan ditingkatkan.
Kreativitas itu bermakna dalam hidup manusia dan ada beberapa alasan mengapa kreativitas perlu dipupuk sejak dini menurut  Prof.Dr.Utami Munandar dalam buku pengembangan kreativitas anak berbakat yaitu yang pertama, karena dengan bekreasi orang dapat mewujudkan dirinya dan menurut Maslow,1967 aktualisasi diri merupakan kebutuhan pokok pada tingkat tertinggi dalm hidup manusia ,yang kedua,kreativitas atau berfikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah yang merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan (Guilford,1967),yang ketiga,bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri dan bagi lingkungan tetapi juga memberikan kepuasan  kepada individu dan yang keempat,kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya.
Sehubungan dengan pengembangan kreativitas,kita juga perlu meninjau 4 aspek dari kreativitas ,yaitu pribadi,pendorong,proses dan produk yang juga mendasari terbentuknya suatu produk kreativitas yang saya buat sehubungan dnegan tugas mata kuliah kreativitas.
Aspek yang pertama ialah Pribadi,dimana kreativitas adalah ungkapan dari keunikan individu dalam interaksi dengan lingkungannya,ungkapan kreatif itu sendiri mencerminkan orisinalitas dari indvidu tersebut dan dari ungkapan pribadi yang unik inilah dapat diharapkan timbul ide–ide baru dan produk–produk yang inovatif. Ada banyak teori yang berusaha menjelaskan pembentukan kepribadian kreatif,tetapi disini akan dijelaskan  dari 2 teori saja yaitu teori psikoanalisa dan teori humanistik.

a.       Teori Psikoanalisa
Teori – teori psikoanalisa melihat kreativitas sebagai hasil mengatasi suatu maslah,yang biasanya mulai di masa anak.
1.      Teori Sigmud Freud  ( 1856 – 1939) mengatakan bahwa ciri kepribadian yang menetap pada lima tahun pertama dari kehidupan,ia menjelaskan proses kreatif dari mekanisme pertahanan yang merupakan upaya tidak sadar untuk menghindari kesadaran mengenai ide-ide yang tidak menyenangkan atau yang tidak dapat diterima
2.      Teori Ernest Kris (1900 -1957) menenkankan bahwa mekanisme pertahanan regresi beralih ke perilaku sebelumnya yang akan memberi kepuasan,jika perilaku sekarang tidak berhasil atau tidak memberi kepuasan yang juga sering muncul dalam tindakan kreatif. Orang–orang kreatif adalah mereka yang paling mampu mengambil bahan–bahan dari alam pikiran tidak sadar.
3.      Teori Carl Jung (1875 – 1961) juga percaya bahwa ketidaksadaran memainkan peranan yang amat penting dalam kreativitas tingkat tinggi.Secara tidak sadar kita mengingat pengalaman–pengalaman yang paling berpengaruh dari nenek moyang kita dan dari ketidaksadaran kolektif ini timbul penemuan,teori,seni,dan karya-karya baru lainnya.

b.      Teori Humanistik
Berbeda dari teori psikoanalisa,teori humanistik melihat kreativitas sebagai hasil dari kesehatan psikologis tingkat tinggi dan kreativitas dapat berkembang selama hidup dan tidak terbatas pada lima tahun pertama.
1.      Teori Abraham Maslow ( 1908 – 1970) manusia mempunyai naluri dasar yang menjadi nyata sebagai kebutuhan.Kebutuhan ini harus dipenuhi dalam urutan tertentu
2.      Teori Carl Rogers ( 1902 – 1987) mengatakan bahwa ada tiga kondisi dari pribadi yang kreatif  yaitu :   1. Keterbukaan terhadap pengalaman 2. Kemampuan untuk menilai situasi dengan patokan pribadi seseorng dan 3. Kemampuan untuk bereksperimen ,untuk bermain dengan konsep – konsep.
Setiap orang yang memiliki ketiga ciri ini kesehatan psikologisnya sangat baik. Orang ini berfungsi sepenuhnya,menghasilkan karya–karya kreatif dan hidup secara kreatif.Ketiga ciri ini juga merupakan dorongan dari dalam untuk berkreasi

            Ciri – ciri seseorang yang mempunyai kepribadian kreatif ditunjukan dengan rasa ingin tahu dan dalam melakukan sesuatu tidak terlalu menghiraukan kritik atau ejekan dari orang lain,orang yang inovatif berani untuk berbeda.Seperti yang dikatakan Treffinger bahwa pribadi yang kreatif biasanya lebih terorganisasi dalam tindakan.Seperti yang saya alami saat pertama kali diberikan tugas disitu saya mulai mencari suatu ide untuk membuat tugas tersebut dan saya memikirkannya matang – matang dan mepertimbangkan apakah hasil kreatifitas saya cukup menarik,ide- ide spontan yang muncul dari diri saya membuat saya lebih berusaha berfikir untuk membuat suatu bentuk kreatifitas dari kertas tersebut.Awalnya saya mendapat ide untuk membuat sesuatu,tetapi setelah dipertimbangkan sepertinya itu terlalu biasa dan saya memutuskan untuk mencari ide yang lain untuk membuat sesuatu yang lebi rumit yang berbeda dari yang lainnya.
Aspek yang kedua ialah Pendorong (Press)  bakat kreatif seseorang akan terwujud jika ada dorongan dari lingkungan ataupun jika ada dorongan yang kuat dari dalam dirinya untuk menghasilkan sesuatu.Doronga ini merupakan motivasi primer untuk kretaivitas ketika individu membentuk hubungan – hubungan baru dengan lingkungannya dalam upaya menjadi dirinya sepenuhnya (Rogres,dalam Vernon ,1982).Dalam hal pembuatan tugas kreatifitas saya juga,mendapat dorongan dari lingkungan yaitu dari teman – teman saya yang juga memberikan beberapa masukan ide-ide kepada saya dalam membuat tugas tersebut tetapi saya juga mendapatkan dorogan yang kuat dari dalam diri saya untuk mengerjakan tugas tersebut dikarenakan saya harus dapat mengerjakan tugas tersebut dalam waktu yang kurang dari seminggu ditambah lagi saya kurang mengerti dengan apa yang seharusnya dibuat untuk tugas itu yang dikarenakan saya tidak masuk dipertemuan pertama.
Kemudian aspek yang ketiga ialah Proses. Proses dimana saat kita melakukan pembuatan produk kretaivitas.Saya sendiri dalam proses pembuatan produk kreatif tersebut melalui beberapa langkah – langkah yang dibuat oleh Wallas (1926),adapun langkah – langlah proses kreatif menurut Wallas dan bukunya The Art of Thought (Piirto,1992) yang sampai sekarang masih banyak diterapkan dalam pengembangan kreativitas yang meliputi 4 tahap:   
1.Tahap persiapan ,dimana seseorang mempersiapkan diri untuk memecahkan masalah dengan belajar berfikir,mencari jawaban dan bertanya kepada orang,dimana pada saat itu saya mulai berfikir ingin membuat apa dan bertanya meminta masukan juga kepada beberapa teman saya untuk membantu saya menemukan ide–ide
2.Tahap inkubasi dimana pada tahap ini saya sudah mulai memikirkan beberapa  ide – ide yang sudah saya dapat dan saya mulai memikirkannya secara tidak sadar dan pada tahap ketiga yaitu 
3.Tahap iluminasi yang sudah timbul inspirasi atau gagasan baru untuk menghasilkan produk kreatifitas tersebut 
4.Tahap yang terakhir ialah tahap verifikasi atau tahap evaluasi yaitu ide saya itu harus dipikirkan apakah realistis atau tidak ,diperluka pemikiran divergensi(pemikiran kretaif) dan pemikiran konvergensi ( pemikrian kritis)
Dan yang terakhir,aspek yang keempat ialah Produk ,kondisi yang memungkinkan seseorang menciptakan produk kreatif yang bermakna ialah kondisi pribadi dan kondisi lingkungan ,yaitu sejuah mana keduanya mendorong (press) seseorang untuk melibatkan dirinya dalam  proses kreatif.dengan dimilikinya  bakat dan ciri – ciri pribadi yang kreatif dan dengan dorongan internal maupun eksternal untuk bersibuk diri secara kreatif,maka produk- produk kreatif yang bermakna dengan sendirinya akan timbul.
Istilah produk dalam hal ini tidak terbatas pada produk komersial,tetapi meliputi keragaman dari benda atau gagasan,konsep kreativitas yang baru. Besemer dan Treffinger menyarankan bahwa produk kreatif dapat digolongkan menjadi tiga kategori yaitu :
1.      Kebaruan ( novelty) : sejauh mana produk itu baru dan produk itu orisinal dalam arti sangat langka diantara produk – produk yang dibuat oleh orang – orang dengan pengalaman dan pelatihan yang sama yang dapat menimbulkan kejutan dan orang kaget dengan produk tersebut.
2.      Pemecahan (resolution) : sejauh mana produk itu memenuhi kebutuhan dari situasi bermasalah.Produk itu juga harus bermakna menurut para pengamat,karena memenuhi kebutuhan dan berguna karena dapat diterapkan secara praktis.
3.      Kerincian (elaboration) dan sintesis : sejauh mana produk itu menggabung unsur – unsur yang tidak sama menjadi keseluruhan yang canggih.Lima kriteria untuk menilainya ialah : produk itu harus organis,elegan,kompleks,dapat dipahami dan menunjukkan keterampilan yang baik.

          Dengan demikian, kreativitas merupakan usaha melibatkan diri pada proses kreatif yang didasari oleh intelegensi, gaya kognitif, dan kepribadian/motivasi, juga merupakan kemampuan untuk menghasilkan atau mencipta sesuatu yang baru.
Strategi 4P yaitu Pribadi, Pendorong, Proses, dan Produk yang menurut para ahli dapat membantu mengembangkan kreatifitas anak jika diterapkan secara benar. Pada dasarnya setiap anak memiliki kreativitas, hanya saja tidak semua anak bisa mengembangkan kreatifitasnya dengan benar. Untuk itu diperlukan peran orang tua dalam mengembangkan kreatifitas tersebut.
Teori pembentukan pribadi kreatif didasari oleh 3 teori yaitu psikoanalisa, humanistic dan press. Psikoanalisa memandang kreativitas sebagai hasil mengatasi suatu masalah, yang biasanya dimulai sejak di masa anak-anak. Priadi kreatif dipandang sebagai seseorang yang pernah mempunyai pengalaman traumatis, yang dihadapi dengan memungkinkan gagasan-gagasan yang disadari dan yang tidak disadari bercampur menjadi pemecahan inovatif dari trauma. Humanistik lebih menekankan kreativitas sebagai hasil dari kesehatan psikologis tingkat tinggi, dan Press kreativitas membutuhkan adanya dorongan dari dalam diri individu (motivasi intrinsik) maupun dorongan dari lingkungan (motivasi ekstrinsik).


Tugas ke 2 Humanistik Softskill



I.                   Terapi Humanistik



            A. Konsep dasar pandangan humanistik tentang kepribadian
                Perhatian pada makna kehidupan merupakan hal yang membedakan antara psikologi humanistik dan psikologi lain. Manusia bukanlah pelaku panggung masyarakat, bukanlah pencari identitas tapi juga bukan pencari makna.
Carl rogers (bapak psikologi humanistik) memberikan gambaran besar pandangan psikologis humanistik.
a) setiap manusia hidup dalam pengalaman yang bersifat pribadi dimana dia, sang aku, atau diriku menjadi pusat. perilaku manusia berpusat pada konsep diri, yaitu perepsi manusia terhadap identitas diri yang bersifat fleksibel dan beruba-ubah yang muncul dari satu medan fenomena.
b) individu bereaksi pada situasi sesuai dengan persepsi tentang dirinya dan dunianya, ia bereaksi pada ''realita'' seperti apa yang dipersepsikan olehnya, dan dengan cara yang sesuai dengan konsep dirinya.
c) anggapan adanya ancaman terhadap dirinya akan diikuti oleh pertahanan diri berupa penyempitan dan pengakuan persepsi dan perilaku, penyesuaian serta penggunaan mekanisme pertahanan ego seperti rasionalisasi .
d) kecenderungan batiniah manusia menuju kesehatan dan keutuhan diri dalam kondisi yang normal, ia berperilaku rasional dan konstruktif serta memilih jalan munuju pengembangan dan aktualisasi.
          Ada pun Konsepsi-konsepsi pokok dalam teori Rogers adalah:
                 a.      Organism, yaitu keseluruhan individu (the total individual)
Organisme memiliki sifat-sifat berikut:
1.       Organisme beraksi sebagai keseluruhan terhadap medan phenomenal dengan maksud
 memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
2.       Organisme mempunyai satu motif dasar yaitu: mengaktualisasikan, mempertahankan
dan mengembangkan diri.
3.       Organisme mungkin melambangkan pengalamannya, sehingga hal itu disadari, atau
mungkin menolak pelambangan itu, sehingga pengalaman-pengalaman itu tak disadari, atau mungkin juga organisme itu tak memperdulikan pengalaman-pengalamannya.

       b.      Medan phenomenal, yaitu keseluruhan pengalaman (the totality of experience)
       Medan phenomenal punya sifat disadari atau tak disadari, tergantung apakah   
       pengalaman yang mendasari medan phenomenal itu dilambangkan atau tidak.

       c.       Self, yaitu bagian medan phenomenal yang terdiferensiasikan dan terdiri dari pola-pola   
             pengamatan dan penilaian sadar daripada “I” atau “me”.

Self mempunyai bermacam-macam sifat:
       1.      Self berkembang dari interaksi organisme dengan lingkungan.
       2.      Self mungkin menginteraksikan nilai-nilai orang lain dan mengamatinya dalam cara
              (bentuk) yang tidak wajar.
       3.      Self mengejar (menginginkan) consistency (keutuhan/kesatuan, keselarasan).
       4.      Organisme bertingkah laku dalam cara yang selaras (consistent) dengan self.
       5.      Pengalaman-pengalaman yang tak selaras dengan stuktur self diamati sebagai ancaman.
       6.      Self mungkin berubah sebagai hasil dari pematangan (maturation) dan belajar.
                                                           
     Berkenaan dengan epistemologinya, teori-teori humanistik dikembangkan lebih berdasarkan pada metode penelitian kualitatif yang menitik-beratkan pada pengalaman hidup manusia secara nyata (Aanstoos, Serlin & Greening, 2000).
     Menurut Ahmad Sudrajat, konsep dasar pendekatan Humanistik terdiri dari tiga aspek yaitu :
1.            Manusia sebagai makhluk hidup yang dapat menentukan sendiri apa yang ia kerjakan
dan yang tidak ia kerjakan, dan bebas untuk menjadi apa yang ia inginkan. Setiap orang bertanggung jawab atas segala tindakannya.
2.            Manusia tidak pernah statis, ia selalu menjadi sesuatu yang berbeda, oleh karena itu
manusia mesti berani menghancurkan pola-pola lama dan mandiri menuju aktualisasi diri.
3.            Setiap orang memiliki potensi kreatif dan bisa menjadi orang kreatif. Kreatifitas
merupakan fungsi universal kemanusiaan yang mengarah pada seluruh bentuk self expression.

         Dalam pandangan aliran ini, manusia pada dasarnya adalah baik dan bahwa potensi manusia adalah tidak terbatas. Pandangan ini sangat optimistik dan bahkan terlampau optimistik terhadap upaya pengembangan sumber daya manusia, sehingga manusia dipandang sebagai penentu yang mampu melakukan play god (peran tuhan). Karena tingginya kepercayaan terhadap manusia, maka sangat mungkin muncul sikap membiarkan terhadap perilaku apapun yang dilakukan orang lain.

B. Unsur Unsur terapi
1. munculnya gangguan
        Model humanistik kepribadian, psikopatologi, dan psikoterapi awalnya menarik sebagian besar konsep-konsep dari filsafat eksistensial, menekankan kebebasan bawaan manusia untuk memilih, bertanggung jawab atas pilihan mereka, dan hidup sangat banyak pada saat ini. Hidup sehat di sini dan sekarang menghadapkan kita dengan realitas eksistensial menjadi, kebebasan, tanggung jawab, dan pilihan, serta merenungkan eksistensi yang pada gilirannya memaksa kita untuk menghadapi kemungkinan pernah hadir ketiadaan. Pencarian makna dalam kehidupan masing-masing individu adalah tujuan utama dan aspirasi tertinggi. Pendekatan humanistik kontemporer psikoterapi berasal dari tiga sekolah pemikiran yang muncul pada 1950-an, eksistensial, Gestalt, dan klien berpusat terapi.
2. Tujuan Terapi
-  Menyajikan kondisi-kondisi untuk memaksimalkan kesadaran diri dan pertumbuhan.
     - Menghapus penghambat-penghambat aktualisasi potensi pribadi. membantu klien       
        menemukan dan menggunakan kebebasan memilih dan memperluas kesadaran diri.
-  Membantu klien agar bebas dan bertanggung jawab atas arah kehidupan sendiri.
3. Peran Terapis
Menurut Buhler dan Allen, para ahli psikoterapi Humanistik memiliki orientasi bersama yang mencakup hal-hal berikut :
·         Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi
·         Menyadari peran dan tanggung jawab terapis
·         Mengakui sifat timbale balik dari hubungan terapeutik.
·         Berorientasi pada pertumbuhan
·         Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi yang menyeluruh.
·         Mengakui bahwa putusan-putusan dan pilihan-pilihan akhir terletak di tangan klien.
·         Memandang terapis sebagai model, bisa secara implicit menunjukkan kepada klien potensi bagi tindakan kreatif dan positif.
·         Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan pandagan dan untuk
                          mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
·         Bekerja kea rah mengurangi kebergantungan klien serta meningkatkan kebebasan klien.

C. Tekhnik – tekhnik terapi humansitik
         Sepanjang proses terapeutik, kedudukan teknik adalah nomor dua dalam hal menciptakan hubungan yang akan bisa membuat konselor bisa secara efektif menantang dan memahami klien. Teknik-teknik yang digunakan dalam konseling eksistensial-humanistik, yaitu :
1. Penerimaan
2. Rasa hormat
3. Memahami
4. Menentramkan
5. Memberi dorongan
6.Pertanyaan terbatas
7. Memantulkan pernyataan dan perasaan klien
8. Menunjukan sikap yang mencerminkan ikut mersakan apa yang dirasakan klien
9. Bersikap mengijinkan untuk apa saja yang bermakna

II . Person Therapy Centered ( Carl Rogers)
A. Konsep Dasar Pandangan Karl Rogers tentang kepribadian
       Carl Ransom Rogers (1961), seorang tokoh utama dalam penciptaan psikologi humanistik, membangun teori dan praktek terapinya di atas konsep tentang “pribadi yang berfungsi penuh”. Carl R. Rogers (1902-1987) menjadi terkenal berkat metoda terapi yang dikembangkannya, yaitu terapi yang berpusat pada klien (client-centered therapy). Tekniknya tersebar luas di kalangan pendidikan, bimbingan, dan pekerja sosial. Pandangan client centered tentang sifat manusia menolak konsep tentang kecenderungan-kecenderungan negative dasar. Sementara beberapa pendekatan beranggapan bahwa manusia menurut kodratnya adalah irasional dan berkecenderungan merusak terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain kecuali jika telah menjalani sosialisasi. Konsep Dasar
·         Menekankan pada dorongan dan kemampuan yang terdapat dalam diri individu yang berkembang, untuk hidup sehat dan menyesuaikan diri.
·         Menekankan pada unsur atau aspek emosional dan tidak pada aspek intelektual.
·         Menekankan pada situasi yang langsung dihadapi individu, dan tidak pada masa lampau.
·         Menekankan pada hubungan terapeutik sebagai pengalaman dalam perkembangan individu yang bersangkutan.

B. Unsur - unsur terapi
1. Munculnya gangguan
       Carl Rogers (1902-1987), berpendapat bahwa orang-orang memiliki kecenderungan dasar yang mendorong mereka ke arah pertumbuhan dan pemenuhan diri. Gangguan-gangguan psikologis pada umumnya terjadi karena orang-orang lain menghambat individu dalam perjalanan menuju kepada aktualisasi diri. Pendekatan humanistic Rogers terhadap terapi Person Center Therapy, membantu pasien untuk lebih menyadari dan menerima dirinya yang sejati dengan menciptakan kondisi-kondisi penerimaan dan pengharagaan dalam hubungan terapeutik.
2. Tujuan Terapi
       Terapi terpusat pada klien yang dikembangkan oleh Carl R Rogers pada tahun 1942 bertujuan untuk membina kepribadian klien secara integral, berdiri sendiri, dan mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah sendiri. Kepribadian yang integral adalah struktur kepribadiannya tidak terpecah artinya sesuai antara gambaran diri yang ideal (ideal-self) dengan kenyataan diri sebenarnya (actual-self). Kepribadian yang berdiri sendiri atas dasar tanggung jawab dan kemampuan. Tidak bergantung pada orang lain. Sebelum menentukan pilihan tentu individu harus memahami dirinya (kekuatan dan kelemahan diri) dan kemudian keadaan diri tersebut harus ia terima.
3. Peran Terapis
       Carl Rogers terkenal dengan kontribusinya terhadap metode terapi. Terapi yang dia praktikan memiliki dua nama yang sama-sama dia pakai. Awalnya dia menyebut metodenya dengan non-direktif, sebab dia berpendapat seorang terapis tidak seharusnya tidak mengarahkan kliennya, akan tetapi membebaskan klien mengarahkan sendiri ke mana terapi akan berujung. Semakin banyak pengalaman yang dia peroleh selama terapi, seorang terapis akan semakin menyadari bahwa dia masih tetap memiliki pengaruh pada kliennya justsru karena dia sama sekali tidak mengarahkannya. Kemudian Rogers mengganti istilah ini dengan metode yang terpusat pada klien. Dia tetap menganggap klienlah yang seharusnya menyatakan apa yang salah pada dirinya, berusaha memperbaikinya sendiri, dan menentukan kesimpulan apa yang akan dihasilkan proses terapi-terapi ini akan tetap “terpusat pada klien” meskipun dia menyadari betul pengaruh terapis terhadap dirinya. Salah satu ungkapan yang dipakai Rogers dalam menggambarkan bagaimana cara kerja metode terapinya ini adalah “berusahalah mendorong dan mendukung, jangan mencoba merekonstruksi”, dan dia juga mencontohkan dengan proses belajar mengendarai sepeda. Satu-satunya teknik yang dikemukakan Rogers untuk menjalankan metode tersebut adalah refleksi. Refleksi adalah pemantulan komunikasi perasaan. Kalau klien berkata saya merasa tidak berguna, maka si terapi bisa memantulkan hal ini kembali pada klien.


C. Tekhnik – Tekhnik Terapi
         Untuk terapis person – centered, kualitas hubungan terapis jauh lebih penting daripada teknik. Rogers, percaya bahwa ada tiga kondisi yang perlu dan sudah cukup terapi, yaitu :
1.      Empathy
2.      Positive Regard (acceptance)
3.      Congruence
   Empati adalah kemampuan terapis untuk merasakan bersama dengan klien dan menyampaikan pemahaman ini kembali kepada mereka. Empati adalah usaha untuk berpikir bersama dan bukan berpikir tentang atau mereka. Rogers mengatakan bahwa penelitian yang ada makin menunjukkan bahwa empati dalam suatu hubungan mungkin adalah faktor yang paling berpengaruh dan sudah pasti merupakan salah satu faktor yang membawa perubahan dan pembelajaran.
    Positive Regard yang di kenal juga sebagai akseptansi adalah geunine caring yang mendalam untuk klien sebagai pribadi – sangat menghargai klien karena keberadaannya.
    Congruence / Kongruensi adalah kondisi transparan dalam hubungan tarapeutik dengan tidak memakai topeng atau pulasan – pulasan. Menurut Rogers perubahan kepribadian yang positif dan signifikan hanya bisa terjadi di dalam suatu hubungan.

III  Logotherapi (frankl)
A. Konsep Dasar Tentang Kpribadian
          Kerangka pikir teori kepribadian model logoterapi dan dinamika kepribadiannya dapat digambarkan sebagai berikut: Setiap orang selalu mendambakan kebahagiaan dalam hidupnya. Dalam pandangan logoterapi kebahagiaan itu tidak datang begitu saja, tetapi merupakan akibat sampingan dari keberhasilan seseorang memenuhi keinginannya untuk hidup bermakna (the will to meaning). Mereka yang berhasil memenuhinya akan mengalami hidup yang bermakna (meaningful life) dan ganjaran (reward) dari hidup yang bermakna adalah kebahagiaan (happiness). Di lain pihak mereka yang tak berhasil memenuhi motivasi ini akan mengalami kekecewaan dan kehampaan hidup serta merasakan hidupnya tidak bermakna (meaningless). Selanjutnya akibat dari penghayatan hidup yang hampa dan tak bermakna yang berlarut-larut tidak teratasi dapat mengakibatkan gangguan neurosis (noogenik neurosis) mengembangkan karakter totaliter (totalitarianism) dan konformis (conformism).

B. Unsur – Unsur Terapi
1. Munculnya Gangguan
          Logoterapi inibiasanya dilakukan untuk klien-klien yang mengalami PTSD (Post Traumatic Stress Disorder), karena biasanya orang yang stres akibat trauma cenderung menyalahkan dirisendiri bahkan bisa ke resiko mencederai diri dan orang lain. Logoterapi menggunakan teknik tertentu untuk mengatasi phobia (rasa takut yang berlebihan), kegelisahan, obsesi tak terkendali dari pemakai obat-obatan terlarang. Selain itu juga termasuk untuk mengatasi kenakalan remaja, konsultasi terhadap masalah memilih pekerjaan dan membantu semua masalah dalam kehidupan.Jika dikaitkan dengan konseling maka Konseling logoterapi suatu pendekatan yang digunakan untuk membantu individu mengatasi masalah ketidakjelasan makna dan tujuan hidup, yang sering menimbulkan kehampaan dan hilangnya gairah hidup. Konseling logoterapi berorientasi pada masa depan (future oriented) dan berorientasi pada makna hidup (meaning oriented). 
2. Tujuan Terapi
Tujuan dari logoterapi adalah agar setiap pribadi:
a.       memahami adanya potensi dan sumber daya rohaniah yang secara universal ada pada
 setiap orang terlepas dari ras, keyakinan dan agama yang dianutnya;
     b.  menyadari bahwa sumber-sumber dan potensi itu sering ditekan, terhambat dan diabaikan   
           bahkan terlupakan.
     c.  memanfaatkan daya-daya tersebut untuk bangkit kembali dari penderitaan untuk mampu
          tegak kokoh menghadapi berbagai kendala, dan secara sadar mengembangkan diri untuk
           meraih kualitas hidup yang lebih bermakna
3. Peran Terapis
Peranan dan Kegiatan Terapis
     Menurut Semiun (2006) terdapat beberapa peranan dan kegiatan terapis dapat dikemukakan secara singkat di bawah ini.
1. Menjaga hubungan yang akrab dan pemisahan ilmiah.
      Terapis pertama-tama harus menciptakan hubungan antara klien dengan mencari keseimbangan antara dua ekstrem, yakni hubungan yang akrab (seperti simpati) dan pemisahan secara ilmiah (menangani klien sejauh ia melibatkan diri dalam teknik terapi).
2. Mengendalikan filsafat pribadi
    Maksudnya adalh terapis tidak boleh memindahkan filsafat pribadi pada klien, karena logotherapy digunakan untuk menangani masalah-masalah yang menyangkut nilai-nilai dan masalah spiritual, seperti aspirasi terhadap hidup yang bermakna, makna cinta, makna penderitaan, dan sebagainya.
3. Terapis bukan guru atau pengkhotbah
    Terapis adalah seorang spesialis mata dalam pengertian bahwa ia memberi kemungkinan kepada klien untuk melihat dunia sebagaimana adanya, dan bukan seorang pelukis yang menyajikan dunia sebagaimana ia sendiri melihatnya.
4. Memberi makna lagi pada hidup
    Salah satu tujuan logotherapy adalah menemukan tujuan dan maksud keberadaannya. Kepada klien bahwa setiap kehidupan memiliki potensi-potensi yang unik dan tugas utamanya adalah menemukan potensi-potensi itu. Pemenuhan tugas ini memberi makna pada kepada hidupnya.
5. Memberi makna lagi pada penderitaan
    Di sini, terapis harus menekan bahwa hidup manusia dapat dipenuhi tidak hanya dengan menciptakan sesuatu atau memperoleh sesuatu, tetapi juga dengan menderita. Manusia akan mengalami kebosanan dan apati jika ia tidak mengalami kesulitan atau penderitaan.
6. Menekankan makna kerja
      Tugas terapis adalah memperlihatkan makan pada pekerjaan itu sehingga nilai-nilai yang dimiliki oleh orang-orang yang bekerja berubah. Tanggunga jawab terhadap hidup dipikul oleh setiap orang dengan menjawab kepada situasi-situasi yang ada. Ini dilakukan bukan dengan perkataan, melainkan dengan tindakan. Kesadaran akan tanggung jawab timbul dari kesadaran akan tugas pribadi yang konkret dan unik.

7. Menekankan makna cinta
      Tugas terapis adalah menuntut klien untuk mencintai dalam tingkat spiritual atau tidak mengacaukan cinta seksual dengan cinta spiritual yang menghidupi pengalaman orang lain dalam semua keunikan dan keistimewaannya.

C.  Tekhnik – tekhnik Logotherapy
 a.  Paradoxical Intention  (pembalikan keinginan) 
        Teknik intensi paradoksikal merupakan teknik yang dikembangkan Frankl berdasarkan kasus kecemasan antispatori, yaitu kecemasan yang ditimbulkan oleh antisipasi individu atas suatu situasi atau gejala yang ditakutinya. Intensi paradoksikal adalah keinginan terhadap sesuatu yang ditakuti.
   b.   De-reflection  (meniadakan perenungan)
          Derefleksi merupakan teknik yang mencoba untuk mengalihkan perhatian berlebihan ini pada suatu hal di luar individu yang lebih positif. Derefleksi memanfaatkan kemampuan transendensi diri yang ada pada manusia. Dengan teknik ini individu diusahakan untuk membebaskan diri dan tak memperhatikan lagi kondisi yang tidak nyaman untuk kemudian lebih mencurahkan perhatian kepada hal-hal lain yang positif dan bermanfaat. Dengan berusaha mengabaikan keluahannya, kemudian mengalihkannya pada hal-hal yang bermanfaat, gejala, kemudian mengalihkannya pada hal-hal yang bermanfaat, gejala hyper intention akan menghilang (Bastaman, 1995).
   c.  Bimbingan Rohani
         Bimbingan rohani adalah metode yang khusus digunakan terhadap pada penanganan kasus dimana individu berada pada penderitaan yang tidak dapat terhindarkan atau dalam suatu keadaan yang tidak dapat dirubahnya dan tidak mampu lagi berbuat selain menghadapinya. Pada metode ini, individu didorong untuk merealisasikan nilai bersikap dengan menunjukkan sikap positif terhadap penderitaanya dalam rangka menemukan makna di balik penderitaan tersebut.
               d. Ekstensial Analisis
        Terapi eksistensial bertujuan agar klien mengalami keberadaannya secara otentik dengan menjadi sadar atas keberadaan dan potensi-potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka diri dan bertindak berdasarkan kemampuannya. Dalam analisis eksistensial, psikolog tidak mengarahkan, membimbing, atau menilai klien berdasarkan praduga-praduga. Tugas psikolog hanyalah membantu klien menjadi dirinya yang otentik.


Sumber :
http://himcyoo.wordpress.com/2012/06/07/konseling-eksistensial-humanistik-2/