Tugas Portofolio ke 4
A. Terapi Kelompok
1. Konsep dasar pandangan terapi kelompok
tentang kepribadian
konsep tentang kelompok telah dikemukakan oleh para ahli baik dalam buku
karangan maupun dalam jurnal-jurnal kesehatan yang telah diterbitkan. Struart
& Laria mengemukakan kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki
hubungan satu dengan yang lain, saling tergantung dan memiliki norama yang sama
(Keliat B.A & Akemat 2004). Anggota kelompok mungkin datang dari berbagai
latar belakang yang harus ditangani sesuai dengan keadaannya seperti agresif,
takut kebencian, kompetitip, kesamaan, ketidaksamaan, kesukaan dan menarik.
Semua kondisi ini akan mempengaruhi dinamika kelompok, tergantunmg bagaimana
anggota kelompok dapat mengiterpretasikan segala sesuatu yang menstimulus
kelompok tersebut.
2. Unsur – unsur terapi munculnya gangguan, tujuan
terapi, peran terapis
Unsur-unsur Terapi : Munculnya
gangguan. Muncul dua aliran yang berbeda yang mencakup gambaran tentang proses
terapi kelompok. Satu aliran memusatkan pada peraturan para anggota dan
pemimpin, sementara aliran lainnya memeriksa dengan menggunakan kerangka kerja
teoritis untuk memimpin kelompok .
Tujuan kelompok adalah membantu anggotanya berhubungan dengan lain mengubah
prilaku yang destruktif dan maladaptif. Kekuatan kelompok ada pada kontribusi
dari setiap anggota dan pimpinan dalam mencapai tujuanya. Kelompok berfungsi
sebagai tempat berbagi pengalaman dansaling membantu satu sama lain, untuk
menemukan cara penyelesaian masalah. Kelompok merupakan laboratorium tempat
mencoba dan menemukan hubungasn interpersonal yang baik, serta mengembangkan
prilaku yang adaptif. Anggota kelompok merasa memiliki, diakui dan dihargai
eksistensinya oleh anggota kelompok yang lain.
Tujuan Terapi antara lain :
a. Menjadi lebih
terbuka dan jujur terhadap diri sendiri dan orang lain
b. Belajar
mempercayai diri sendiri dan orang lain
c. Berkembang
untuk lebih menerima diri sendiri
d. Belajar
berkomunikasi dengan orang lain
Peran
Kelompok Pemimpin perlu mengobservasi peran yang terjadi dalam kelompok. Ada
beberapa peran dan fungsi kelompok yang ditampilkan anggota kelompok daslam
kerja kelompok yaitu maintenance roles yaitu peran serta akyif dalam proses
kelompok dan fungsi kelompok. Task roles yaitu focus pada penyelesaian tugas,
dan individual roles adalah self centered dan distraksi pada kelompok. Peran
Terapis yang terpenting dalam konseling/terapi kelompok adalah konselor/terapis
harus mempunyai dasar teori dan terlatih untuk memimpin kelompok, karena
dikuatirkan membuat lebih buruk keadaan.
3. Teknik - teknik Terapi, antara lain :
1. Teknik yang melibatkan para
anggota
2. Teknik yang melibatkan pemimpin
3. Menggunakan babak-babak terapeutik
4. Teknik sesekali membantu lebih
dari satu anggota
B. Terapi Keluarga
1. Konsep dasar pandangan terapi keluarga
tentang kepribadian
Penelitian mengenai terapi keluarga
dimulai pada tahun 1950-an oleh seorang Antropologis bernama Gregory Bateson
yang meneliti tentang pola komunikasi pada keluarga pasien skizofrenia di Palo
Alto, California. Penelitian ini menghasilkan 2 konsep mengenai terapi dan
patologi keluarga, yaitu :
1.
the double bind (ikatan ganda)
Dalam terapi keluarga, munculnya
gangguan terjadi saat salah satu anggota membaik tetapi anggota keluarga lain
menghalang-halangi agar keadaan tetap stabil.
2.
family homeostasis (kestabikan keluarga).
Chapter ini memaparkan sejumlah model teoritis yang menjadi dasar
berkembangnya bentuk-bentuk terapi keluarga. Goldenberg dan Goldenberg (1985)
menekankan pada lima pendekatan ilmiah dan perkembangan klinis yang
memprakarsai family terapy.
Kelima pendekatan tersebut adalah :
1) Eksistensi
treatment psikoanalitas terhadap masalah-masalah emosi, termasuk pola interaksi
keluarga yang menyeluruh.
2) General
system theory yang menekankan pada interaksi dari suatu bagian yang memiliki
keterkaitan dengan sistem secara menyeluruh.
3) Investigasi
pada peran keluarga terhadap anggota keluarga yang menderita schizopherina,
4) Evolusi
dalam hal child guidence, dan marital
counseling serta
5) Meningkatnya
minat terhadap teknis klinis yang baru seperti terapi kelompok.
Terapi keluarga sering dimulai dengan fokus pada satu anggota keluarga
yang mempunyai masalah. Khususnya, klien yang diidentifikasi adalah remaja
laki-laki yang sulit diatur oleh orang tuanya atau gadis remaja yang mempunyai
masalah makan. Sesegara mungkin, terapis akan berusaha untuk mengidentifikasi
masalah keluarga atau komunikasi keluarga yang salah, untuk mendorong semua
anggota keluarga mengintrospeksi diri menyangkut masalah yang muncul. Tujuan
umum terapi keluarga adalah meningkatkan komunikasi karena keluarga bermasalah
sering percaya pada pemahaman tentang arti penting dari komunikasi (Patterson,
1982).
2. Unsur - unsur terapi munculnya gangguan
tujuan terapi peran terapis
Unsur
– Unsur Terapi Keluarga, antara lain : Terapi keluarga didasarkan pada teori
system (Van Bertalanffy, 1968) yang terdiri dari 3 prinsip. Pertama adalah kausalitas
sirkular, artinya peristiwa berhubungan dan saling bergantung bukan
ditentukan dalam sebab satu arah–efek perhubungan. Jadi, tidak ada anggota
keluarga yang menjadi penyebab masalah lain; perilaku tiap anggota tergantung
pada perbedaan tingkat antara satu dengan yang lainnya.
Prinsip kedua, ekologi,
mengatakan bahwa system hanya dapat dimengerti sebagai pola integrasi,
tidak sebagai kumpulan dari bagian komponen. Dalam system keluarga, perubahan
perilaku salah satu anggota akan mempengaruhi yang lain.
Prinsip ketiga adalah subjektivitas yang artinya tidak ada
pandangan yang objektif terhadap suatu masalah, tiap anggota keluarga mempunyai
persepsi sendiri dari masalah keluarga.
Tujuan Terapi Keluarga, antara lain : Tujuan pertama adalah menemukan bahwa masalah yang ada berhubungan
dengan keluarganya, kemudian dengan jalan apa dan bagaimana anggota keluarga
tersebut ikut berpartisipasi. Ini dibutuhkan untuk menemukan siapa yang
sebenarnya terlibat, karenanya perlu bergabung dalam sesi keluarga dalam terapi
ini, juga memungkinkan apabila diikutsertakan tetangga, nenek serta kakek, atau
keluarga dekat yang berpengaruh. Ada cara tercepat dalam terapi dimana terapis
keluarga membuat usaha untuk mempengaruhi seluruh anggota keluarga dengan
menunjukan cara dimana mereka berinteraksi dalam sesi keluarga itu. Kemudian,
setiap anggota keluarga diminta menyampaikan harapan untuk perkembangan diri
mereka sebaik mungkin, umumnya untuk menyampaikan komitmen pada terapis.
Tujuan jangka panjang bergantung pada
bagian terapis keluarga, apakah sebagian besar yang dilakukan untuk
mengembangkan status mengenali pasien, klarifikasi pola komunikasi dlm
keluarga, dll. Dalam survey, responden diminta menyebut tujuan primer dan
sekunder mereka, untuk seluruh keluarga, kedalam 8 kemungkinan tujuan. Tujuan
yang disebut sebagai tujuan primer ‘mengembangkan komunikasi’ untuk seluruh
keluarga, ternyata lebih dipilih ‘mengembangkan otonomi dan individuasi’.
Sebagian memilih ‘pengembangan symptom individu’ dan ‘mengembangkan kinerja
individu’. Memfasilitasi fungsi individu adalah tujuan utama dari terapi
individual, tetapi para terapis keluarga melihat sebagai bukan yang utama dalam
proses perubahan keluarga yang luas, khususnya sistem komunikasi dan sikap
anggota keluarga yang menghormati anggota lainnya.
3. Teknik Terapi
Therapist harus yang lebih memiliki kemampuan dalam penggunaan kendali,
melembutkan argumentasi, dan memandu diskusi. Terapi keluarga meletakkan
therapist dalam suatu hubungan yang berbeda dengan klien’nya dibanding
dalam terapi kelompok atau individu. Ia tidak dimulai dari dasar yang
sama atau dari sama sama ketidak-tahuan. Anggota keluarga masuk dengan suatu
pengalaman umum; therapist adalah orang luar. Dalam pelaksanaan bahkan untuk
mengerti sindiran sindiran mereka untuk membagi bersama pengalaman, ia harus
belajar ke kultur keluarga, bahasa dan aturan. Therapist harus sampai kepada
dalamnya sistem keluarga memahami dan bekerja dengan itu. Sekalipun begitu ia
tidak bisa menjadi 'yang diatur & bagian dari sistem', karena ia harus
menyendiri dari itu dalam rangka memahami aktivitas nya dan untuk memandu
perubahan nya. Begitu, sisanya antar detasemen dan keterlibatan menjadi yang
lebih dikritisi dalam keluarga therapy dibanding dalam bentuk lain psikoterapi.
Cara-cara lain, adalah dengan berbagi tugas yang umum dari semua
therapists, untuk menyediakan suatu atmospir yang mendukung dan aman untuk
menghadapi pengalaman menyakitkan.
Therapy umumnya mulai dengan usaha untuk menemukan apa yang sedang
mengganggu keluarga dan apa yang mereka harapkan melalui terapi ini. Sesi
pertama atau kedua hanya boleh melibatkan pasangan yang sudah menikah, dimana
sebagai pemimpin menyangkut keluarga.
C. Terapi Bermain
1. Konsep dasar pandangan terapi bermain
tentang kepribadian
Santrock (1995: 272) menyatakan
bermain peran (role play) ialah suatu kegiatan yang menyenangkan. Secara lebih
lanjut bermain peran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh kesenangan. Role playing merupakan suatu metode bimbingan dan
konseling kelompok yang dilakukan secara sadar dan diskusi tentang peran dalam
kelompok. Di dalam kelas, suatu masalah diperagakan secara singkat sehingga
siswa dapat mengenali karakter tokoh seperti apa yang siswa peragakan tersebut
atau yang menjadi lawan mainnya memiliki atau kebagian peran seperti apa.
Santrock juga menyatakan bermain peran memungkinkan anak mengatasi frustrasi
dan merupakan suatu medium bagi ahli terapi untuk menganalisis konflik-konflik
anak dan cara-cara mereka mengatasinya.
Ginnot (1961; dalam Eka, 2008)
menyatakan bermain peran diyakini sebagai sarana perkembangan potensi juga
dapat dijadikan sebagai media terapi. Terapi bermain peran khususnya merupakan
pendekatan yang sesuai untuk melakukan konseling dengan anak karena bermain
adalah hal yang alami bagi anak. Melalui manipulasi mainan, anak dapat
menunjukkan bagaimana perasaan mengenai dirinya, orang-orang yang penting serta
peristiwa dalam hidupnya secara lebih memadai daripada melalui kata-kata.
Bermain pada anak merupakan salah
satu sarana untuk belajar. Melalui kegiatan bermain yang menyenangkan, anak
berusaha untuk menyelidiki dan mendapatkan pengalaman yang kaya, baik
pengalaman dengan dirinya sendiri, orang lain maupun dengan lingkungan di
sekitarnya.
Terdapat lima karakteristik bermain
peran, yaitu:
1.
Merupakan sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai
yang positif bagi anak.
2.
Didasari motivasi yang muncul dari dalam. Jadi anak
melakukan kegiatan itu atas kemauannya sendiri.
3.
Sifatnya spontan dan sukarela, bukan merupakan
kewajiban. Anak merasa bebas memilih apa saja yang ingin dijadikan alternatif
bagi kegiatan bermainnya.
4.
Senantiasa melibatkan peran aktif dari anak, baik
secara fisik maupun mental.
5.
Memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan sesuatu
yang bukan bermain, seperti kemampuan kreatif, memecahkan masalah, kemampian
berbahasa, kemampuan memperoleh teman sebanyak mungkin dan sebagainya.
2. Unsur - unsur terapi munculnya gangguan,
tujuan terapi, peran terapis.
Munculnya gangguan, antara lain : Permainan
merupakan suatu kesibukan yang ada dalam kehidupan sehari-hari dari diri anak
berkebutuhan khusus dan berguna bagi dirinya dalam kehidupannya yang
mandiri kelak.
Tujuan Terapi, antara lain :
a.
Fisik meliputi perkembangan kekuatan organ tubuh,
peningkatan ketahanan otot-
otot dan organ tubuh, pencegahan dan
perbaikan sikap tubuh yang kurang baik.
b.
Intelektual meliputi kemampuan berkomunikasi,
menghitung angka dalam suatu
permainan sehingga dapat dikatakan
menang atau kalah dll.
c.
Emosi : penerimaan atas pimpinan orang lain, bagaimana
ia memimpin dll.
d.
Sosialisasi : bagaimana dapat bermain bersama,
meningkatkan hubungan yang sehat dalam kelompok.
Peran Terapis, dalam pendidikan :
a.
Sarana pencegahan : tidak menambah permasalahan baru
dan menghmbat proses belajarnya.
b.
Sarana penyembuhan : dapat disembuhkan atau dilatih
sebagai sarana belajar melalui bentuk-bentuk permainan yang ber7an
mengembalikan fungsi fisik,psiko-terapi,modifikasi perilaku, mengembangkan
fungsi sosial, melatih bicara, mempertajam atau latihan visual, latihan
auditif, latihan taktil, dll.
c.
Sarana penyesuaian diri : anak-anak sulit beradaptasi,
oleh karena itu dilatih bekelompok dalam permainan.
3. Teknik-teknik Terapi
Penggunaan terapi bermain sebagai teknik
psikoterapi.
1.
Nilai Terapiutik dari Permainan
2.
Kepada Siapa Terapi Bermain Diberikan
3.
Prosedur dalam Terapi Bermain.
4. Hal
Penting Sesudah Terapi Bermain.
- Review : Sebutkan tokoh dari terapi -
terapi di bawah ini, dan jelaskan teknik - teknik terapinya.
1. Terapi Psikoanalisis (Sigmund Freud)
Tekni-tekni terapi, antara lain :
a. Free association
Salah satu alat untuk open the door / membuka kotak pandora : keinginan, fantasi, pikiran, perasaan, konflik, motivasi yang tidak disadari
prosedur :
- pasien rileks duduk / berbaring di sofa
- mengatakan apapun yang ada di pikiran (tanpa sensor)
(di interpretasi sebagai ekspresi simbolik dari pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan yang direpres)
tugas terapis :
mendengarkan, mencatat, menganalisis /menginterpretasi bahan yang direpres, memberitahu / membimbing pasien memperoleh insight (dinamika yang mendasari perilaku yang tidak disadari).
b. Analisis transference
Pasien dipersilahkan untuk mengungkapkan perasaan-perasaan yang dimiliki terhadap significant other (seringkali orang tua), kepada terapis
terjadi ketika muncul konflik/ kebutuhan /dorongan masa lalu (cinta, benci, seksualitas, penolakan) & dibawa ke masa sekarang (terhadap terapis)
tugas terapis :
- menginterpretasi/menganalisis,
- membuat pasien memperoleh insight (dapat membedakan fantasi – realitas, masa lalu – sekarang, menyadari dorongan-dorongan yang tidak disadarinya)
- membantu pasien mengatasi konflik2 lama yang menghambat dirinya (mampu : mengatasi mispersepsi, mis-interpretasi, mengevaluasi kecemasan / dorongan yang tidak realistik, membuat keputusan yang realistik & matang).
c. Analisis resistance
Ditujukan untuk membantu klien agar menyadari alasan-alasan yg ada dibalik resistensi sehingga dia bisa menanganinya.
a. Free association
Salah satu alat untuk open the door / membuka kotak pandora : keinginan, fantasi, pikiran, perasaan, konflik, motivasi yang tidak disadari
prosedur :
- pasien rileks duduk / berbaring di sofa
- mengatakan apapun yang ada di pikiran (tanpa sensor)
(di interpretasi sebagai ekspresi simbolik dari pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan yang direpres)
tugas terapis :
mendengarkan, mencatat, menganalisis /menginterpretasi bahan yang direpres, memberitahu / membimbing pasien memperoleh insight (dinamika yang mendasari perilaku yang tidak disadari).
b. Analisis transference
Pasien dipersilahkan untuk mengungkapkan perasaan-perasaan yang dimiliki terhadap significant other (seringkali orang tua), kepada terapis
terjadi ketika muncul konflik/ kebutuhan /dorongan masa lalu (cinta, benci, seksualitas, penolakan) & dibawa ke masa sekarang (terhadap terapis)
tugas terapis :
- menginterpretasi/menganalisis,
- membuat pasien memperoleh insight (dapat membedakan fantasi – realitas, masa lalu – sekarang, menyadari dorongan-dorongan yang tidak disadarinya)
- membantu pasien mengatasi konflik2 lama yang menghambat dirinya (mampu : mengatasi mispersepsi, mis-interpretasi, mengevaluasi kecemasan / dorongan yang tidak realistik, membuat keputusan yang realistik & matang).
c. Analisis resistance
Ditujukan untuk membantu klien agar menyadari alasan-alasan yg ada dibalik resistensi sehingga dia bisa menanganinya.
d.
Analisis Mimpi
Suatu prosedur yang
penting untuk menyingkap bahan-bahan yang tidak disadari dan memberikan kepada klien atas beberapa area
masalah yang tak terselesaikan.
2. Terapi Humanistik Eksistensial (Carl Rogers)
Teknik-teknik yang digunakan dalam konseling eksistensial-humanistik,
yaitu :
1. Penerimaan
2. Rasa hormat
3. Memahami
4. Menentramkan
5. Memberi dorongan
6.Pertanyaan terbatas
7. Memantulkan pernyataan dan perasaan klien
8. Menunjukan sikap yang mencerminkan ikut mersakan apa yang dirasakan
klien
9. Bersikap mengijinkan untuk apa saja yang bermakna
3. Person
Centered Therapy (Carl Rogers)
Untuk terapis person – centered, kualitas hubungan
terapis jauh lebih penting daripada teknik. Rogers, percaya bahwa ada tiga
kondisi yang perlu dan sudah cukup terapi, yaitu :
1.
Empathy
2.
Positive Regard (acceptance)
3. Congruence
Empati adalah kemampuan terapis untuk
merasakan bersama dengan klien dan menyampaikan pemahaman ini kembali kepada
mereka. Empati adalah usaha untuk berpikir bersama dan bukan berpikir tentang
atau mereka. Rogers mengatakan bahwa penelitian yang ada makin menunjukkan bahwa
empati dalam suatu hubungan mungkin adalah faktor yang paling berpengaruh dan
sudah pasti merupakan salah satu faktor yang membawa perubahan dan
pembelajaran.
Positive Regard yang di kenal juga
sebagai akseptansi adalah geunine caring yang mendalam untuk klien sebagai
pribadi – sangat menghargai klien karena keberadaannya.
Congruence / Kongruensi adalah
kondisi transparan dalam hubungan tarapeutik dengan tidak memakai topeng atau
pulasan – pulasan. Menurut Rogers perubahan kepribadian yang positif dan
signifikan hanya bisa terjadi di dalam suatu hubungan.
4. Logotherapy (Frankl)
a.
Paradoxical Intention (pembalikan keinginan)
Teknik intensi paradoksikal merupakan teknik
yang dikembangkan Frankl berdasarkan kasus kecemasan antispatori, yaitu
kecemasan yang ditimbulkan oleh antisipasi individu atas suatu situasi atau
gejala yang ditakutinya. Intensi paradoksikal adalah keinginan terhadap sesuatu
yang ditakuti.
b. De-reflection (meniadakan
perenungan)
Derefleksi
merupakan teknik yang mencoba untuk mengalihkan perhatian berlebihan ini pada
suatu hal di luar individu yang lebih positif. Derefleksi memanfaatkan
kemampuan transendensi diri yang ada pada manusia. Dengan teknik ini individu
diusahakan untuk membebaskan diri dan tak memperhatikan lagi kondisi yang tidak
nyaman untuk kemudian lebih mencurahkan perhatian kepada hal-hal lain yang
positif dan bermanfaat. Dengan berusaha mengabaikan keluahannya, kemudian
mengalihkannya pada hal-hal yang bermanfaat, gejala, kemudian mengalihkannya
pada hal-hal yang bermanfaat, gejala hyper intention akan menghilang (Bastaman,
1995).
c. Bimbingan Rohani
Bimbingan rohani adalah metode yang khusus
digunakan terhadap pada penanganan kasus dimana individu berada pada
penderitaan yang tidak dapat terhindarkan atau dalam suatu keadaan yang tidak
dapat dirubahnya dan tidak mampu lagi berbuat selain menghadapinya. Pada metode
ini, individu didorong untuk merealisasikan nilai bersikap dengan menunjukkan
sikap positif terhadap penderitaanya dalam rangka menemukan makna di balik
penderitaan tersebut.
d. Ekstensial Analisis
Terapi eksistensial bertujuan
agar klien mengalami keberadaannya secara otentik dengan menjadi sadar atas
keberadaan dan potensi-potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka diri dan
bertindak berdasarkan kemampuannya. Dalam analisis eksistensial, psikolog tidak mengarahkan, membimbing, atau
menilai klien berdasarkan praduga-praduga. Tugas psikolog hanyalah membantu
klien menjadi dirinya yang otentik.
5. Analisis tranksaksional (Berne)
teknik-teknik yang dapat dipilih dan
diterapkan dalam analisis transaksional, yaitu;
1.
Analisis struktural,
para klien akan belajar bagaimana mengenali ketiga perwakilan ego-nya, ini dapat
membantu klien untuk mengubah pola-pola yang dirasakan dapat menghambat dan
membantu klien untuk menemukan perwakilan ego yang dianggap sebagai landasan
tingkah lakunya, sehingga dapat melihat pilihan-pilihan.
2.
Metode-metode
didaktik, analisis transaksional menekankan pada domain kognitif, prosedur
belajar-mengajar menjadi prosedur dasar dalam terapi ini.
3.
Analisis
transaksional, adalah penjabaran dari yang dilakukan orang-orang terhadap satu
sama lain, sesuatu yang terjadi diantara orang-orang melibatkan suatu transaksi
diantara perwakilan ego mereka, dimana saat pesan disampaikan diharapkan ada
respon. Ada tiga tipe transaksi yaitu; komplementer, menyilang, dan
terselubung.
6.
Rational Emotive Therapy (Ellis)
Dalam RET, terdapat tiga
teknik yang besar: Teknik-teknik Kognitif; Teknik-teknik Emotif dan
Teknik-teknik Behavioristik.
1.
Teknik-Teknik Kognitif
Teknik-teknik kognitif
adalah teknik yang digunakan untuk mengubah cara berfikir klien. Dewa Ketut
menerangkan ada empat teknik besar dalam teknik-teknik kognitif :
a.
Teknik Pengajaran - Dalam RET, konselor mengambil peranan lebih aktif dari
klien. Teknik ini memberikan keleluasan kepada konselor untuk berbicara serta
menunjukkan sesuatu kepada klien, terutama menunjukkan bagaimana ketidaklogisan
berfikir itu secara langsung menimbulkan gangguan emosi kepada klien tersebut.
b.
Teknik Persuasif - Meyakinkan klien untuk mengubah pandangannya kerana
pandangan yang ia kemukakan itu tidak benar. Konselor langsung mencoba
meyakinkan, mengemukakan pelbagai argumentasi untuk menunjukkan apa yang
dianggap oleh klien itu adalah tidak benar.
c.
Teknik
Konfrontasi - Konselor menyerang
ketidaklogisan berfikir klien dan membawa klien ke arah berfikir yang lebih
logik.
2.
Teknik-Teknik Emotif
Teknik-teknik emotif adalah
teknik yang digunakan untuk mengubah emosi klien. Antara teknik yang sering
digunakan ialah:
a.
Teknik
Sosiodrama - Memberi peluang mengekspresikan pelbagai perasaan yang
menekan klien itu melalui suasana yang didramatisasikan sehingga klien dapat
secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri secara lisan, tulisan atau melalui
gerakan dramatis.
b.
Teknik 'Self
Modelling' - Digunakan dengan meminta klien berjanji dengan konselor
untuk menghilangkan perasaan yang menimpanya. Dia diminta taat setia pada
janjinya.
c.
Teknik
'Assertive Training' -
Digunakan untuk melatih, mendorong dan membiasakan klien dengan pola perilaku
tertentu yang diinginkannya.
3.
Teknik-Teknik Behavioristik
Teknik ini khusus untuk
mengubah tingkah laku pelajar yang tidak diingini. Antara teknik ini ialah:
a.
Teknik Reinforcement - Mendorong klien ke arah perilaku yang diingini dengan
jalan memberi pujian dan hukuman. Pujian pada perilaku yang betul dan hukuman
pada perilaku negatif yang dikekalkan.
b.
Teknik Social
Modelling - Digunakan membentuk perilaku baru pada klien melalui
peniruan, pemerhatian terhadap Model Hidup atau Model Simbolik dari segi
percakapan dan interaksi serta pemecahan masalah.
7.
Teknik Perilaku (Behavior
Therapy)
1. Training Relaksasi, merupakan teknik untuk menanggulangi stress yang dialami
dalam kehidupan sehari-hari, yang mana seringnya dimanifestasikan dengan simtom
psikosomatik, tekanan darah tinggi dan masalah jantung, migrain, asma dan
insomnia. Tujuan metode ini sebagai relaksasi otot dan mental. Dalam teknik
ini, klien diminta rileks dan mengambil posisi pasif dalam lingkungannya sambil
mengerutkan dan merilekskan otot secara bergantian. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan menarik nafas yang dalam dan teratur sambil membanyangkan
hal-hal yang menyenangkan.
2. Desensitisasi
Sistemik, merupakan teknik yang cocok untuk menangani fobia-fobia,
tetapi juga dapat diterapkan pada penanganan situasi penghasil kecemasan
seperti situasi interpersonal, ketakutan menghadapi ujian, ketakutan-ketakutan
yang digeneralisasi, kecemasan-kecemasan neurotik serta impotensi dan
frigiditas seksual. Teknik ini melibatkan relaksasi dimana klien dilatih untuk
santai dan keadaan-keadaan santai dengan pengalaman-pengalaman pembangkit
kecemasan yang dibayangkan atau yang divisualisasi. Situasi-situasi dihadirkan
dalam suatu rangkaian dari yang sangat tidak mengancam kepada yang sangat
mengancam. Tingkatan stimulus-stimulus penghasil kecemasan dipasangkan secara
berulang-ulang dengan stimulus-stimulus penghasil keadaan santai sampai kaitan
antara stimulus-stimulus penghasil kecemasan dan respons kecemasan tersebut
terhapus.
3.
Latihan Asertif, merupakan teknik terapi yang menggunakan
prosedur-prosedur permainan peran dalam terapi. Latihan asertif ini akan
membantu bagi orang-orang yang:
a. Tidak mampu mengungkapkan kemarahan/perasaan tersinggung
b. Menunjukkan
kesopanan yang berlebihan dan selalu mendorong orang lain untuk
mendahuluinya
c.
Memiliki kesulitan
untuk mengatakan ‘tidak’.
8.
Terapi Kelompok (Samuel Slavson)
Teknik
- teknik Terapi, antara lain :
1. Teknik yang melibatkan para
anggota
2. Teknik yang melibatkan pemimpin
3. Menggunakan babak-babak terapeutik
4. Teknik sesekali membantu lebih
dari satu anggota
9. Terapi Keluarga (Gregory Bateson)
Therapist
harus yang lebih memiliki kemampuan dalam penggunaan kendali, melembutkan
argumentasi, dan memandu diskusi. Terapi keluarga meletakkan therapist dalam
suatu hubungan yang berbeda dengan klien’nya dibanding dalam terapi
kelompok atau individu. Ia tidak dimulai dari dasar yang sama atau dari sama
sama ketidak-tahuan. Anggota keluarga masuk dengan suatu pengalaman umum;
therapist adalah orang luar. Dalam pelaksanaan bahkan untuk mengerti sindiran
sindiran mereka untuk membagi bersama pengalaman, ia harus belajar ke kultur
keluarga, bahasa dan aturan. Therapist harus sampai kepada dalamnya sistem
keluarga memahami dan bekerja dengan itu. Sekalipun begitu ia tidak bisa
menjadi 'yang diatur & bagian dari sistem', karena ia harus menyendiri dari
itu dalam rangka memahami aktivitas nya dan untuk memandu perubahan nya.
Begitu, sisanya antar detasemen dan keterlibatan menjadi yang lebih dikritisi
dalam keluarga therapy dibanding dalam bentuk lain psikoterapi. Cara-cara lain,
adalah dengan berbagi tugas yang umum dari semua therapists, untuk
menyediakan suatu atmospir yang mendukung dan aman untuk menghadapi pengalaman
menyakitkan.
Therapy
umumnya mulai dengan usaha untuk menemukan apa yang sedang mengganggu keluarga
dan apa yang mereka harapkan melalui terapi ini. Sesi pertama atau kedua hanya
boleh melibatkan pasangan yang sudah menikah, dimana sebagai pemimpin
menyangkut keluarga.
10. Terapi Bermain (Santrock)
Penggunaan terapi bermain sebagai teknik psikoterapi.
1.
Nilai Terapiutik dari Permainan
2.
Kepada Siapa Terapi Bermain Diberikan
3.
Prosedur dalam Terapi Bermain.
4. Hal
Penting Sesudah Terapi Bermain.
SUMBER :
Goldenberg, I.,
Goldenberg, H. 1985. Family Therapy: An Overview.
Mappiare, Andi. 1992. Pengantar
Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Semiun. Yustinus. 2006. Kesehatan
Mental. Yogyakarta. Kanisius
Gunarsa, S.D. (2007). Konseling
dan Psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia
Robert, S.H. (1997). Buku Psikoterapi:
Jakarta : Tiga Berlian
http://himcyoo.wordpress.com/2012/06/07/konseling-eksistensial-humanistik-2/
http://www.mediawiki.org/wiki/Thread:Template_talk:Help_box/Analisis_Psikoterapi
0 komentar:
Posting Komentar