Selasa, 19 November 2013

DIAGNOSIS CEREBRAL PALSY



  1. Kesulitan makan dan komunikasi
     Kesulitan makan yang terjadi pada bayi berumur 34 minggu atau lebih adalah suatu pointer diagnosis jika sebab–sebab spesifik lainnya diabaikan.
    disebabkan karena adanya air liur yang berlebihan akibat fungsi bulbar yang buruk, aspirasi pneumonia yang berulang dan terdapat kegagalan pertumbuhan paru-paru.
 




      2.  Hipotonia, stereotipe motorik dan kelainan postur tubuh

Hipotonia berat merupakan tanda awal yang penting dari adanya kerusakan neurologis.
dalam ketidakhadiran sebab–sebab sistemik, harus dilakukan tindakan tertentu untuk melakukan penyelidikan secara mendetail.
      Bayi yang mengalami lemas (floppy) dapat berkembang menjadi distonia atau diskinesia sampai akhir tahun pertama usia kehidupannya.
       pada gerakan tungkai atau gerakan yang terus–menerus atau cramped postures, merupakan indikasi adanya kemungkinan kerusakan motorik.




         
3.   Kejang

Kejang pada bayi dan neonatal menunjukkan adanya penyakit pada struktur utama otak dengan kemungkinan konsekuensi kerusakan pada sistem motorik.
       hubungan antara spasme dan kejang pada bayi, mempengaruhi kejadian CP sebanyak 20%, terutama pada mereka yang menderita quadriplegia dan hemiplegia yang disertai pre-existing cortical.
 Anak–anak yang mengalami diplegia jarang mengalami kejang.





  
                    4.   Penglihatan

Masalah penglihatan yang biasanya muncul adalah juling. retinopati pada bayi prematur dapat menyebabkan retinal detachment, membutuhkan surveillance yang menyeluruh terhadap semua penderita CP dewasa muda sampai setelah 10 tahun kedua kehidupannya.
       Kerusakan pada kortikal atau white matter menyebabkan field loss reflect pada organ penglihatan.
       kerusakan visual, biasanya disertai dengan keterlambatan perkembangan motorik, walaupun tanpa adanya gejala neurologis pada fokal.

PVL, kelainan pada bagian inferior dapat menyebabkan munculnya suatu gejala dimana penderita mengalami jalan terhuyung–huyung, tersandung dan jatuh yang dapat menimbulkan kesalahan diagnosa bahwa penderita mengalami fungsi motorik yang buruk. Secara keseluruhan, 11% penderita CP mengalami kerusakan visual yang parah.





        5.   Pendengaran

Kehilangan pendengaran berhubungan dengan mikrosefali, mikroftalmia dan penyakit jantung bawaan, disarankan untuk memeriksa ada tidaknya infeksi TORCH (toksoplasma, rubella, sitomegalovirus dan herpes simpleks).
   Pada sebagian penderita diskinesia, kernikterus dapat menyebabkan ketulian sensorineural frekuensi tinggi.




     6.   Fungsi kognitif dan perilaku
 Sebanyak 20 % penderita CP mengalami masalah kognitif dan tidak dapat berjalan. Pemeriksaan pada anak hemiplegia berusia 6 – 10 tahun menunjukkan 61% mengalami satu atau lebih masalah psikiatrik, antara lain gelisah dan depresi (25%), kelainan tingkah laku (24%), hiperaktifitas berat dan inattention (10%) dan autisme (13%).

0 komentar:

Posting Komentar