- Kesulitan makan dan komunikasi
Kesulitan makan
yang terjadi pada bayi berumur 34 minggu atau lebih adalah suatu pointer
diagnosis jika sebab–sebab spesifik lainnya diabaikan.
disebabkan karena
adanya air liur yang berlebihan akibat fungsi bulbar yang buruk, aspirasi
pneumonia yang berulang dan terdapat kegagalan pertumbuhan paru-paru.
2. Hipotonia,
stereotipe motorik dan kelainan postur tubuh
Hipotonia berat merupakan tanda
awal yang penting dari adanya kerusakan neurologis.
dalam ketidakhadiran sebab–sebab
sistemik, harus dilakukan tindakan tertentu untuk melakukan penyelidikan secara
mendetail.
Bayi yang mengalami lemas (floppy) dapat
berkembang menjadi distonia atau diskinesia sampai akhir tahun pertama usia
kehidupannya.
pada gerakan tungkai atau gerakan yang
terus–menerus atau cramped postures, merupakan indikasi adanya kemungkinan
kerusakan motorik.
3. Kejang
Kejang pada bayi dan neonatal
menunjukkan adanya penyakit pada struktur utama otak dengan kemungkinan
konsekuensi kerusakan pada sistem motorik.
hubungan antara spasme dan kejang pada
bayi, mempengaruhi kejadian CP sebanyak 20%, terutama pada mereka yang menderita
quadriplegia dan hemiplegia yang disertai pre-existing cortical.
Anak–anak yang mengalami diplegia jarang
mengalami kejang.
4. Penglihatan
Masalah penglihatan yang biasanya
muncul adalah juling. retinopati pada bayi prematur dapat menyebabkan retinal
detachment, membutuhkan surveillance yang menyeluruh terhadap semua penderita
CP dewasa muda sampai setelah 10 tahun kedua kehidupannya.
Kerusakan pada kortikal atau white
matter menyebabkan field loss reflect pada organ penglihatan.
kerusakan visual, biasanya disertai
dengan keterlambatan perkembangan motorik, walaupun tanpa adanya gejala
neurologis pada fokal.
PVL, kelainan pada bagian
inferior dapat menyebabkan munculnya suatu gejala dimana penderita mengalami
jalan terhuyung–huyung, tersandung dan jatuh yang dapat menimbulkan kesalahan
diagnosa bahwa penderita mengalami fungsi motorik yang buruk. Secara
keseluruhan, 11% penderita CP mengalami kerusakan visual yang parah.
5. Pendengaran
Kehilangan pendengaran berhubungan
dengan mikrosefali, mikroftalmia dan penyakit jantung bawaan, disarankan untuk
memeriksa ada tidaknya infeksi TORCH (toksoplasma, rubella, sitomegalovirus dan
herpes simpleks).
Pada sebagian penderita diskinesia, kernikterus dapat menyebabkan
ketulian sensorineural frekuensi tinggi.
6. Fungsi kognitif dan perilaku
Sebanyak 20 % penderita CP mengalami masalah
kognitif dan tidak dapat berjalan. Pemeriksaan pada anak hemiplegia berusia 6 –
10 tahun menunjukkan 61% mengalami satu atau lebih masalah psikiatrik, antara
lain gelisah dan depresi (25%), kelainan tingkah laku (24%), hiperaktifitas
berat dan inattention (10%) dan autisme (13%).
0 komentar:
Posting Komentar