By arlinda ashar
A. Renungan
Kata-Kata Mutiara Untuk Renungan Hidup
Ada
beberapa tingkatan kualitas manusia. Manusia bodoh, Manusia Pintar, Manusia
Licik dan Manusia Beruntung. Manusia bodoh, dikalahkah manusia pintar. Manusia
pintar sering kalah oleh manusia licik. Dan manusia licik tidak bisa
mengalahkan manusia beruntung. Dengan kata lain, manusia beruntunglah termasuk
manusia dengan kualitas yang tidak terkalahkan.
hidup
digambarkan seperti aliran air di sungai. Sebelah pinggir kali bernama kesenangan,
sebelahnya lagi bernama kesedihan. Sebagaimana kehidupan yang sebenarnya, ada
saatnya kita terhenti di pinggir kali kesenangan, ada kalanya terhenti di
pinggir kali kesedihan. Apapun nama dan jenis pinggir kalinya, tidak perduli
kita sedang senang atau sedih, sang hidup akan senantiasa berjalan. Sehingga,
siapa saja yang memusatkan perhatian pada pemberhentian sementara di pinggir
kali, ia pasti tidak puas. Sebab, pinggiran kali hanyalah bentuk lain dari
kesementaraan. Keabadiaan, demikian keberuntungan-keberuntungan terakhir
mengajarkan ke saya, ada dalam kenikmatan untuk mengalir dengan sang perubahan.
Dalam
keheningan kesadaran seperti ini, saya (dan juga Anda ?) memang tidak pernah
lahir dan tidak akan pernah mati. Yang mati dan lahir hanyalah tubuh. Dan diri
ini yang terus mengalir tidak mengenal kamus kelahiran dan kematian. Sama
dengan air yang mengalir di sungai, yang tidak hilang dibawa matahari, maupun
tidak hilang ditelan bumi, ia menghadirkan gemercik-gemercik kegembiraan.
Banyak
manuasia memang mendapat banyak dipuji dan dilayani. Dan saya paham, jabatan
dan atribut-atribut sejenislah yang membuatnya demikian. Suatu saat ketika
atribut itu tidak ada, bukan tidak mungkin makian dan kebencian yang datang.
Dan ini juga ditujukan pada ketiadaan atribut. Dan manusia yang mengalir memang
tidak pernah disentuh pujian dan makian. Jadi kenapa mesti tertawa ketika
dipuja, dan kenapa juga mesti berhenti bernyanyi ketika dimaki ? Bukankah
keduanya tidak ditujukan pada diri ini yang terus mengalir ?.
kenapa
manusia bisa begitu berat dalam menjalani hidup dan kenapajuga dia bisa merasa
terbang, Dalam bahasa yang lugas sekaligus cerdas, ada seorang yang mengaitkan
kedua hukum fisika ini ke dalam dua hukum kehidupan: “Hate is under the law of
gravity, love is under the law of levitation.”
Kebencian
berkait erat dengan gravitasi karena mudah sekali membuat manusia hidup serba
berat dan ditarik ke bawah. Cinta berkaitan dengan gerakan-gerakan ke atas.
Karena hanya cinta yang membuat manusia ringan dan terbang ke atas. Sungguh
sebuah bahan renungan kehidupan yang cerdas dan bernas.
Kembali
ke soal hidup manusia yang serba berat, tidak ada manusia yang bebas sepenuhnya
dari masalah. Bahkan ada yang menyederhanakan kehidupan dengan sebuah kata:
penderitaan! Hanya saja kebencian berlebihan yang membuat semua ini menjadi
semakin berat dan semakin berat lagi. Ada yang benci pada diri sendiri, ada
yang membenci orang tua, suami, istri, teman, tetangga, atasan kerja, sampai
dengan ada yang membenci Tuhan.
Kenapa
kita harus benci, jika itu membuat dirikita terbebani kenapa kita tidak pasarh
untuk mencintai, Ada yang menyebut ini dengan emptiness. Sebuah terminologi
timur yang amat susah untuk dijelaskan dengan kata-kata manusia. Namun Dainin
Katagiri dalam Returning to Silence, menyebutkan: “The final goal is that we
should not be obsessed with the result, whether good, bad or neutral.”
Keseluruhan upaya untuk tidak terikat dengan hasil. Itulah keheningan. Sehingga
yang tersisa persis seperti hukum alam: kerja, kerja dan kerja. Dalam kerja
seperti ini, manusia seperti matahari. Ditunggu tidak ditunggu, besok pagi ia
terbit. Ada awan tidak ada awan, matahari tetap bersinar. Disukai atau dibenci,
sore hari dimana pun ia akan terbenam.
Mirip
dengan matahari yang tugasnya berbeda dengan awan dan bintang. Kita manusia
juga serupa. Pengusaha bekerja di perusahaan. Penguasa bekerja di pemerintahan.
Pekerja bekerja di tempat masing-masing. Penulis menulis. Pertapa bertapa.
Pencinta yoga beryoga. Pengagum meditasi bermeditasi. Semuanya ada tempatnya
masing-masing. Ada satu hal yang sama di antara mereka: “Menjadi semakin
sempurna di jalan kerja”. Soal hasil, sudah ada kekuatan amat sempurna yang
sudah mengaturnya. Keinginan apalagi kebencian, hanya akan membuatnya jadi
berat dan terlempar ke bawah.
B. Keserasian
Kehidupan serasi, selaras, dan
seimbang akan tumbuh dan berkembang dengan baik apabila antara kita bersikap
dan berprilaku sesuai dengan kodrat, harkat, dan martabat manusia sebagai
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Keserasian merupakan kondisi yang menggambarkan
terpadunya unsure-unsur yang terlibat dalam kehidupan bersama. Seperti kita
ketahui, alam semesta terdiri atas makhluk hidup dan makhluk tak hidup.
Keserasian merupakan gambaran suasana yang tertib, teratur, aman, damai, dan
tentram lahir batin. Baik dalam kehidupan secara individu, keluarga,
masyarakat, maupun berbangsa dan bernegara. Keserasian terwujud apabila
masing-masing individu dan lembaga-lembaga masyarakat menyadari serta
melaksanakan tugas, fungsi, hak, dan kewajibannya dengan penuh tanggung jawab.
Baik serasi dalam beragama, berkebudayaan dan sebagainya
Keseimbangan antara hak dan
kewajiban wajib kita jaga terutama di bidang hukum agar tercipta ketertiban dan
keamanan dalam kehidupan. Sebagaimana dinyatakan dalam pasal 27 UUD 1945 bahwa segala
warga Negara berkedudukan sama dalam hukum dan pemerintahan. Dengan
demikian, membina keserasian dalam hidup hendaknya kita artikan dengan tidak
mengabaikan hukum, serta menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban dengan
jalan mematuhi segala ketentuan yang berlaku.
1.
Tuntunan tingkah laku dalam melaksanakan keseimbangan antara hak dan kewajiban,
berdasarkan :
a.
Norma Agama
b.
Norma Hukum
c.
Norma Adat
d.
Norma Kesusilaan dan Kesopanan
2.
Hak asasi manusia terdiri atas :
a.
Hak asasi pribadi
b.
Hak asasi ekonomi dan harta milik
c.
Hak asasi mendapatkan pengayoman dari pemerintahan
d.
Hak asasi politik
e.
Hak asasi social dan kebudayaan
f.
Hak asasi perlakuan tata cara peradilan
Budaya selaras, serasi, dan seimbang
termuat nilai moral bahwa bangsa yang adil dan beradab, bangsa yang bersatu,
bangsa yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, bangsa yang demokratis, dan bangsa
yang berkeadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar