Sabtu, 22 Oktober 2011

4. Manusia dan pandangan hidup


 By arlinda ashar
kelas : 1PA10

A.    Pengertian pandangan hidup dan ideology

Pandangan hidup ialah pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan, pedoman, arahan,, petunjuk hidup di dunia. Pendapat atau pertimbangan itu merupakan hasil pemikiran manusia berdasarkan pengalaman sejarah menurut waktu dan tempat hidupnya. Pandangan hidup banyak sekali macamnya dan ragamnya, akan tetapi pandangan hidup dapat diklasifikasikan berdasarkan asalnya yaitu terdiri dari 3 macam :
1. Pandangan hidup yang berasal dari agama yaitu pandangan yang mutlak kebenarannya
2. Pandangan hidup yang berupa idiologi yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang terdapat pada negara tersebut
3. Pandangan hidup hasil renungan yaitu pandangan hidup yang relatif kebenarannya
Pandangan hidup pada dasarnya mempunyai unsur-unsur yaitu ;
a. Cita-cita
b. Kebajikan
c. Usaha
d. Keyakinan / kepercayaan
Cara manusia memandang dan menyikapi apa yang terdapat dalam alam semesta bersumber dari beberapa faktor yang dominan dalam kehidupannya. Faktor itu boleh jadi berasal dari kebudayaan, filsafat, agama, kepercayaan, tata nilai masyarakat atau lainnya. Luasnya spektrum pandangan manusia tergantung kepada faktor dominan yang mempengaruhinya. Cara pandang yang bersumber pada kebudayaan memiliki spektrum yang terbatas pada bidang-bidang tertentu dalam kebudayaan itu.
Dalam tradisi Islam klasik terma khusus untuk pengertian worldview belum diketahui, meski tidak berarti Islam tidak memiliki worldview. Para ulama abad 20 menggunakan terma khusus untuk pengertian worldview ini, meskipun berbeda antara satu dengan yang lain. Maulana al-Mawdudi mengistilahkannya dengan Islami nazariat (Islamic Vision), Sayyid Qutb menggunakan istilah al-TaÎawwur al-IslamÊ (Islamic Vision), Mohammad AÏif al-Zayn menyebutnya al-Mabda’ al-IslÉmÊ (Islamic Principle), Prof. Syed Naquib al-Attas menamakannya Ru’yatul Islam lil wujud (Islamic Worldview).
Meskipun istilah yang dipakai berbeda-beda pada umumnya para ulama tersebut sepakat bahwa Islam mempunyai cara pandangnya sendiri terhadap segala sesuatu. Penggunaan kata sifat Islam menunjukkan bahwa istilah ini sejatinya adalah netral. Artinya agama dan peradaban lain juga mempunyai Worldview, Vision atau Mabda’, sehingga al-Mabda’ juga dapat dipakai untuk cara pandang komunis al-Mabda’ al-Shuyu’i, Western worldview, Christian worldview, Hindu worldview dll. Maka dari itu ketika kata sifat Islam diletakkan didepan kata worldview, Vision atau Mabda’ maka makna etimologis dan terminologis menjadi berubah. Penjelasan dari istilah menunjukkan akan hal itu:
Menurut al-Mauwdudi, yang dimaksud Islami Nazariyat (worldview) pandangan hidup yang dimulai dari konsep keesaan Tuhan (shahadah) yang berimplikasi pada keseluruhan kegiatan kehidupan manusia di dunia. Sebab shahadah adalah pernyataan moral yang mendorong manusia untuk melaksanakannya dalam kehidupannya secara menyeluruh.
Shaykh Atif al-Zayn mengartikan mabda’ sebagai aqidah fikriyyah (kepercayaan yang rasional) yang berdasarkan pada akal. Sebab setiap Muslim wajib beriman kepada hakekat wujud Allah, kenabian Muhammad saw, dan kepada al-Qur’an dengan akal. Iman kepada hal-hal yang ghaib……..itu berdasarkan cara penginderaan yang diteguhkan oleh akal sehingga tidak dapat dipungkiri lagi. Iman kepada Islam sebagai Din yang diturunkan melalu Nabi Muhammad saw untuk mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, dengan dirinya dan lainnya.
Pandangan-pandangan diatas telah cukup baik menggambarkan karakter Islam sebagai suatu pandangan hidup yang membedakannya dengan pandangan hidup lain. Namun, jika kita kaji keseluruhan pemikiran dibalik definisi para ulama tersebut kita dapat beberapa orientasi yang berbeda. Al-Maududi lebih mengarahkan kepada kekuasaan Tuhan yang mewarnai segala aktifitas kehidupan manusia, yang berimplikasi politik. Shaykh Atif al-Zayn dan Sayyid Qutb lebih cenderung mamahaminya sebagai seperangkat doktrin kepercayaan yang rasional yang implikasnya adalah ideologi. Naquib al-Attas lebih cenderung kepada makna metafisis dan epistemologis.
Ideologi adalah gabungan antara pandangan hidup yang meruupakan yang merupakan nilai –nilai yang telah mengkristal dari suatu bangsa serta Dasar Negara yang memiliki nilai-nilai falsafah yang menjadi pedoman hidup suatu bangsa, selain itu, Idiologi adalah merupakan hasil reflesi manusia berkat kemampuannya mengadakan distansi terhadap dunia kehidupannya. Maka terdapat suatu yang bersifat dialektis antara idiologi dengan masyarat negara. Di suatu pihak membuat idiologi semakin realistis dan pihak yang lain mendorong masyarakat mendekati bentuk yang ideal. Ideologi mencerminkan cara berfikir masyarakat,bangsa maupun negara,namun juga membentuk masyarakat menuju cita-citanya.
2 hak ideologi ideologi ada 2, yaitu
- ideologi hukum
- ideologi politik


B.   Cita – cita

·         Cita-cita nasional suatu bangsa dinyatakan secara tertulis maupun tidak tertulis. Cita- cita tersebut mempakan rumusan kehendak (aspirasi) langsung yang sangat luhur dan tinggi. Peranan cita-cita bagi suatu bangsa sangat penting karena memberi gairah dan menjiwai kehidupan, menjadi pengarah yang abadi, dan menjadi sumber kekuatan bangsa. Dengan kata lain, cita-cita bangsa mempunyai fungsi penentu bagi tujuan nasional.
·         Bagi bangsa Indonesia, cita-cita nasional terdapat dalam alinea pertama dan kedua Pembukaan UUD 1945. Alinea pertama berbunyi ”bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”. Adapun alinea kedua berbunyi “dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan bangsa Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur”.
·         Berdasarkan hal tersebut, cita-cita nasional yang menjiwai politik luar  negeri Indonesia tercanturn di dalam alinea pertama, yang dapat disimpulkan bahwa Republik Indonesia wajib membantu bangsa lain di dunia yang masih dijajah oleh bangsa asing. Selain itu, terdapat dalam Konferensi Asia Afrika (KAA) yang diselenggarakan di Bandung pada 18-24 April 1955 yang menghasilkan salah satu pernyataan yang berbunyi “Menentang penjajahan dan imperialisme dalam segala bentuk dan manisfestasinya”.

A.     Kebajikan

"Orang yang ber KEBAJIKAN terlihat dari jauh bagaikan gunung Himalaya, yang menjulang tinggi tetapi orang yang JAHAT, tak terlihat walaupun ia berada dekat dengan kita, bagaikan panah dilepaskan pada waktu malam", demikianlah sabda Sang Buddha.
Tujuan utama pembabaran Buddha Dharma yang diwartakan oleh Sang Buddha, kepada para dewa dan umat manusia adalah agar semua makhluk, terbebas dari "Kilesa : kekotoran bathin" yaitu melalui banyaknya kebajikan yang disemai/diperbuat. Pa-da dasarnya, bathin setiap manusia bagaikan selembar kertas putih yang polos, yang bebas dari noda maupun bercakan tinta. Indah kelihatannya tetapi nilainya, tidaklah seberapa. Dan jika kertas putih ini dipenuhi dengan aneka ragam lukisan atau gambar yang indah, maka akan menimbulkan suatu daya tarik dan secara otomatis, nilainya pasti akan muncul seketika. Tetapi jika sebaliknya yg diperbuat, misalnya dicemari dengan segumpal kotoran atau dikotori dengan noda noda yang tak beraturan, maka kehadirannya, pastilah tidak akan berguna lagi. Dan sudah pasti, nilainya pun akan sirna dan tidaklah berbeda dengan sampah. Demikian juga halnya dengan bathin kita, jika dicemari dengan aneka ragam perbuatan tercela, misalnya : membunuh, mencuri, berzinah, berbohong atau mengharamkan segala macam cara, untuk meraih apa yang didambakan, maka akan menyebabkan diri kita bagaikan sampah, yang istilah umumnya dikenal dengan sebutan "sampah masyarakat" (manusia manusia yang tercampak). Disisi selanjutnya, jika bathin ini dipenuhi dengan beragam perbuatan terpuji, misal-nya: berdana, berbhakti dan rela/ berani berko-ban demi kebahagiaan makhluk lain, maka akan menjadikan seseorang terhormat, tersegani, terhargai, dimanapun dia berada. Jadi bisa disimpulkan bahwa, kondisi apapun yang diperbuat, pasti akan menentukan corak bathin seseorang. Terhormat atau terhinanya seseorang, tidaklah terlepas dari diri sendiri.. Melalui apa yang diperbuat, itulah sebutan yg sesuai bagi diri seseorang.Sama halnya dengan kertas, yang pada awalnya putih polos serta tidak begitu berharga, akan mem-berikan makna (arti) atau tidak, sangatlah tergantung pada apa yang digoreskan/diperbuat diatas kertas tersebut. Demikian juga halnya dengan manusia, jika bathinnya dipenuhi dengan perbuatan perbuatan ter-puji, maka hidupnya akan terhormat dan bahagia, disamping bermakna (berarti) bagi semua makhluk hidup. Tetapi jika sebaliknya yang terjadi, dimana bathinnya selalu dicemari dengan beragam perbuatan tercela, maka hidupnya akan terhina dan menderita. Selanjutnya, Sang Buddha menyabdakan bahwa kemuliaan, kesucian, keagungan atau kebahagiaan yang berhasil dimiliki oleh seseorang, bukanlah semata mata ditentukan oleh faktor tubuh, wajah yang indah atau dari keturunan yang baik. Karma (perbuatan) apa yg diperbuat, itulah sumber utamanya. Bagi segelintir orang yang masih diliputi oleh jeratan jeratan keduniawian, akan berkomentar dengan lantangnya "Buat apa berbuat baik dengan segala macam pengorbanan, si A yang hidupnya selalu usil, kelihatan senang dan serba berkecukupan" Sesuatu yg luarnya nampak indah, bukanlah berarti indah pula dalamnya. Ibarat buah mangga yg indah luarnya, eeeeeh ternyata busuk dan berulat. Demikian juga halnya dengan manusia, bisa saja luarnya kelihatan senang dan gembira tetapi dalamnya, siapa yg tahu…? Dan sudah merupakan hukum alam, bahwa siapapun yg melakukan perbuatan jahat maka "pasti akan dicekam oleh salah satu perasaan yang tidak menyenangkan, misalnya : cemas, takut, frustasi atau kecewa.. Kalau kita sudah berada dalam kondisi ini, apakah masih bisa merasakan kegembiraan atau kesenangan yang sesungguhnya…? Bagi yang telah memiliki pengertian yang benar akan Buddha Dharma, maka tidak akan pernah lagi, untuk mau memulai atau melakukan perbuatan tercela, baik melalui pikiran, ucapan maupun tindakan badan jasmani. "Papanam Akaram Sukham : Sesungguhnya KEBAHAGIAAN itu datang dari hasil menjauhi KEJAHATAN '', demikianlah yang ditegaskan oleh Sang Buddha.

       Didalam sabda Nya, Sang Buddha menyabdakan bahwa terdapat dua jenis Dharma (kebenaran), yang bisa memotivasi diri kita, untuk mau menyemai dan menimbun kebajikan. Kedua jenis dharma (kebenaran) tersebut adalah sati dan sampajanna. Sati dan Sampajanna adalah dua faktor yang akan mendukung atau memperkuat keyakinan diri kita, untuk senantiasa mau berbuat kebajikan tanpa adanya pemaksaan, pamrih ataupun maksud maksud tertentu. Dengan berpedoman pada sati dan Sampajanna, maka perbuatan baik yang dilakukan akan berjalan dengan mulus, serta sesuai dengan apa yang telah dicita-citakan. Untuk jelasnya, marilah kita telusuri kedua jenis dharma (kebenaran) ini.

B.   Usaha perjuangan

 USAHA PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA 9.1 SANUSI FATTAH


Perjuangan Rakyat dan Pemerintah di Daerah dalam Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia

Penyerahan kekuasaan Jepang kepada Sekutu dilakukan oleh Komando Asia Tenggara (South East Asia Command atau SEAC) di bawah pimpinan Laksamana Lord Louis Mounbatten. Pasukan Sekutu yang bertugas di Indonesia adalah Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) yang dipimpin oleh Letnan Jenderal Sir Philip Christison. AFNEI merupakan komando bawahan dari SEAC. Tugas AFNEI di Indonesia adalah:
1. menerima penyerahan kekuasaan dari tangan Jepang,
2. membebaskan para tawanan perang dan interniran Sekutu,
3. melucuti orang-orang Jepang dan kemudian dipulangkan ke negaranya,
4. menjaga keamanan dan ketertiban (law and order), dan
5. menghimpun keterangan guna menyelidiki pihak-pihak yang dianggap sebagai penjahat perang.
Pada awalnya rakyat Indonesia menyambut kedatangan Sekutu dengan senang. Akan tetapi setelah diketahui NICA ikut di dalamnya, sikap rakyat Indonesia menjadi curiga dan bermusuhan. Kedatangan NICA di Indonesia didorong oleh keinginan menegakkan kembali Hindia Belanda dan berkuasa lagi di Indonesia. Datangnya pasukan Sekutu yang diboncengi NICA mengundang perlawanan rakyat untuk mempertahankan kemerdekaan. Berikut ini berbagai perlawanan terhadap Sekutu yang muncul di daerah-daerah.

1. Pertempuran Surabaya 10 November 1945

Surabaya merupakan kota pahlawan. Surabaya menjadi ajang pertempuran yang paling hebat selama revolusi mempertahankan kemerdekaan, sehingga menjadi lambang perlawanan nasional. Peristiwa di Surabaya merupakan rangkaian kejadian yang diawali sejak kedatangan pasukan Sekutu tanggal 25 Oktober 1945 yang dipimpin oleh Brigjen A.W.S. Mallaby. Pada tanggal 30 Oktober 1945 terjadi pertempuran yang hebat di Gedung Bank Internatio di Jembatan Merah. Pertempuran itu menewaskan Brigjen Mallaby. Akibat meninggalnya Brigjen Mallaby, Inggris memberi ultimatum, isinya agar rakyat Surabaya menyerah kepada Sekutu. Secara resmi rakyat Surabaya, yang diwakili Gubernur Suryo menolak ultimatum Inggris. Akibatnya pada tanggal 10 November 1945 pagi hari, pasukan Inggris mengerahkan pasukan infantri dengan senjatasenjata berat dan menyerbu Surabaya dari darat, laut, maupun udara.
JELI Jendela Info
Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya telah menciptakan pekik persatuan demi revolusi yaitu merdeka atau mati. Di samping itu juga merupakan titik balik bagi Belanda karena mengejutkan pihak Belanda yang tidak menyangka kekuatan RI mendapat dukungan rakyat.
Rakyat Surabaya tidak takut dengan gempuran Sekutu. Bung Tomo memimpin rakyat dengan berpidato membangkitkan semangat lewat radio. Pertempuran berlangsung selama tiga minggu. Akibat pertempuran tersebut 6.000 rakyat Surabaya gugur. Pengaruh pertempuran Surabaya berdampak luas di kalangan internasional, bahkan masuk dalam agenda sidang Dewan Keamanan PBB tanggal 7-13 Februari 1946.

2. Pertempuran Ambarawa

Pertempuran Ambarawa terjadi tanggal 20 November sampai tanggal 15 Desember 1945, antara pasukan TKR dan Pemuda Indonesia melawan pasukan Sekutu (Inggris). Pertempuran Ambarawa dimulai dari insiden yang terjadi di Magelang pada tanggal 26 Oktober 1945. Pada tanggal 20 November 1945 di Ambarawa pecah pertempuran antara pasukan TKR di bawah pimpinan Mayor Sumarto melawan tentara Sekutu. Pertempuran Ambarawa mengakibatkan gugurnya Letkol Isdiman, Komandan Resimen Banyumas. Posisi Letkol Isdiman kemudian digantikan oleh Letkol Soedirman. Kota Ambarawa berhasil dikepung selama 4 hari 4 malam oleh pasukan RI. Mengingat posisi yang telah terjepit, maka pasukan Sekutu meninggalkan kota Ambarawa tanggal 15 Desember 1945 menuju Semarang. Keberhasilan TKR mengusir Sekutu dari Ambarawa menjadi salah satu peristiwa penting dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI.
JELI Jendela Info
Pertempuran di Ambarawa sering dikenal dengan peristiwa “Palagan Ambarawa”. Untuk mengenang peristiwa tersebut dibangun Monumen Palagan Ambarawa di tengah kota Ambarawa.

3. Pertempuran Medan Area 1 Desember 1945

Pada tanggal 9 Oktober 1945 tentara Inggris yang diboncengi oleh NICA mendarat di Medan. Mereka dipimpin oleh Brigjen T.E.D Kelly. Awalnya mereka diterima secara baik oleh pemerintah RI di Sumatra Utara sehubungan dengan tugasnya untuk membebaskan tawanan perang (tentara Belanda). Sebuah insiden terjadi di hotel Jalan Bali, Medan pada tanggal 13 Oktober 1945. Saat itu seorang penghuni hotel (pasukan NICA) merampas dan menginjak-injak lencana Merah Putih yang dipakai pemuda Indonesia. Hal ini mengundang kemarahan para pemuda. Akibatnya terjadi perusakan dan penyerangan terhadap hotel yang banyak dihuni pasukan NICA. Pada tanggal 1 Desember 1945, pihak Sekutu memasang papanpapan yang bertuliskan Fixed Boundaries Medan Area di berbagai sudut kota Medan. Sejak saat itulah Medan Area menjadi terkenal. Pasukan Inggris dan NICA mengadakan pembersihan terhadap unsur Republik yang berada di kota Medan. Hal ini jelas menimbulkan reaksi para pemuda dan TKR untuk melawan kekuatan asing yang mencoba berkuasa kembali. Pada tanggal 10 Agustus 1946 di Tebingtinggi diadakan pertemuan antara komandan-komandan pasukan yang berjuang di Medan Area. Pertemuan tersebut memutuskan dibentuknya satu komando yang bernama Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area.

4. Bandung Lautan Api

Terjadinya peristiwa Bandung Lautan Api diawali dari datangnya Sekutu pada bulan Oktober 1945. Peristiwa ini dilatarbelakangi oleh ultimatum Sekutu untuk mengosongkan kota Bandung. Pada tanggal 21 November 1945, Sekutu mengeluarkan ultimatum pertama isinya kota Bandung bagian Utara selambat-lambatnya tanggal 29 November 1945 dikosongkan oleh para pejuang. Ultimatum tersebut tidak ditanggapi oleh para pejuang. Selanjutnya tanggal 23 Maret 1946 Sekutu mengeluarkan ultimatum kembali. Isinya hampir sama dengan ultimatum yang pertama. Menghadapi ultimatum tersebut para pejuang kebingungan karena mendapat dua perintah yang berbeda. Pemerintah RI di Jakarta memerintahkan agar TRI mengosongkan kota Bandung. Sementara markas TRI di Yogyakarta menginstruksikan agar Bandung tidak dikosongkan. Akhirnya para pejuang mematuhi perintah dari Jakarta. Pada tanggal 23-24 Maret 1946 para pejuang meninggalkan Bandung. Namun, sebelumnya mereka menyerang Sekutu dan membumihanguskan kota Bandung. Tujuannya agar Sekutu tidak dapat menduduki dan memanfaatkan sarana-sarana yang vital. Peristiwa ini dikenal dengan Bandung Lautan Api. Sementara itu para pejuang dan rakyat Bandung mengungsi ke luar kota.
JELI Jendela Info
Dalam peristiwa Bandung Lautan Api gugur seorang pahlawan yang bernama Moh. Toha. Untuk mengabadikan terjadinya peristiwa Bandung Lautan Api, seorang komposer yang bernama Ismail Marzuki menciptakan lagu “Halo- Halo Bandung”.

5. Puputan Margarana 20 November 1946

Perang Puputan Margarana di Bali diawali dari keinginan Belanda mendirikan Negara Indonesia Timur (NIT). Letkol I Gusti Ngurah Rai, Komandan Resimen Nusa Tenggara, berusaha menggagalkan pembentukan NIT dengan mengadakan serangan ke tangsi NICA di Tabanan tanggal 18 Desember 1946. Konsolidasi dan pemusatan pasukan Ngurah Rai (yang dikenal dengan nama pasukan Ciung Wanara) ditempatkan di Desa Adeng Kecamatan Marga. Belanda menjadi gempar dan berusaha mencari pusat kedudukan pasukan Ciung
Wanara. Pada tanggal 20 November 1946 dengan kekuatan besar Belanda melancarkan serangan dari udara terhadap kedudukan Ngurah Rai di desa Marga.

C.   Keyakinan atau kepercayaan

Keyakinan adalah kepercayaan yang tidak berbelah bagi. Sementara kepercayaan adalah dasar subyektif untuk perilaku individu. Keyakinan  Keyakinan / kepercayaan yang menjadi dasar pandangan hidup berasal dari akal atau kekusaan Tuhan. Menurut Prof. Dr. Harun Nasution, ada 3 aliran filsafat. Yaitu:

a.      Aliran Naturalisme

Hidup manusia dihubungkan dengan kekuatan gaib yang merupakan kekuatan tertinggi. Kekuatan gaib itu dari natur dan itu dari Tuhan. Tetapi yang tidak percaya pada Tuhan, natur itulah yang tertinggi. Tuhan menciptakan alam semesta lengakap dengan hukum – hukumnya, secara mutlak dikuasai Tuhan. Manusia sebagai mahkluk tidak mampu mengusai alam ini, karena manusia itu lemah. Manusia hanya dapat berusaha / berencana tetepai Tuhan yang menentukan. Pandangan hidup yang dilandasi keyakinan bahwa Tuhanlah kekuasaan tertinggi, yang menentukan segala – galanya disebut pandangan hidup religius (keagamaan), sedangkan pandangan hidup yang dilandasi oleh kekuatan natur sifatnya atheisme disebut pandangan hidup kominis.

b.      Aliran Intelektualisme

Dasar aliran ini adalah logika / akal. Manusia mengutamakan akal. Dengan akal manusia berpikir. Mana yang benar menurut akal itulah yang baik, walaupun bertentangan dengan kekuatan hati nurani. Manusia yakin bahwa dengan kekuatan pikir (akal) kebajikan itu dapat dicapai dengan sukses. Apabila aliran ini dihubungkan dengan pandangan hidup, maka keyakinan manusia itu bermula dari akal. Jadi pandangan hidup ini dilandasi oleh keyakinan kebenaran yang diterima akal. Manusia yakin bahwa kebajikan hanya dapat diperoleh dengan akal (ilmu dan teknolgi). Pandangan ini disebut liberalisme.

c.       Aliran Gabungan

Apabila aliran ini dihubungkan dengan pandangan hidup, maka akan timbul dua kemungkinan pandangan hidup. Apabila keyakinan lebih berat didasarkan pada logika berpikir, sedangkan hatii nurani dinomor duakan, kekuatan gaib dari Tuhan diakui adanya tetapi tidak menentukan, dan logika berpikir tidak ditekankan pada logika berpikir individu, melainkan logika berpikir kolektif (masyarakat), pandangan hidup ini disebut sosialisme.



D.   Langkah – langkah berpandangan hidup yang baik

 Langkah-Langkah Berpandangan Hidup yang Baik :
Manusia pasti mempunyai pandangan hidup walau bagaimanapun bentuknya. Kita seharusnya mempunyai langkah-langkah berpandangan hidup karena hanya dengan mempunyai langkah-langkah itulah kita dapat memperlakukan pandangan hidup sebagai sarana mencapai tujuan dan cita-cita dengan baik. Adapun langkah-langkah itu sebagai berikut:
1.Mengenal yaitu suatu kodrat bagi manusia yang merupakan tahap pertama dari setiap aktivitas
   hidupnya yang dalam hal ini mengenal apa itu pandangan hidup.

      2.Mengerti, disini dimaksudkan mengerti terhadap pandangan hidup itu sendiri
3. menghayati pandangan hidup kita memperoleh gambaran yang tepat dan benar mengenai kebenaran pandangan hidup itu sendiri. Menghayati disini dapat diibaratkan menghayati nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
4. Meyakini ini merupakan suatu hal untuk cenderung memperoleh suatu kepastian sehingga dapat mencapai tujuan hidup. Dengan meyakini berarti secara langsung ada penerimaan yang ikhlas terhadap pandangan hidup itu.
5. Pengabdian merupakan sesuatu hal yang penting dalam menghayati dan meyakini sesuatu yang telah dibenarkan dan diterima baik oleh dirinya dan orang lain. Dengan mengabdi kita akan merasakan manfaatnya.

Pandangan Hidup merupakan suatu dasar atau landasan untuk membimbing kehidupan jasmani dan rohani. Pandangan hidup ini sangat bermanfaat bagi kehidupan individu, masyarakat, atau negara. Semua manusia pasti mempunyai suatu pandangan hidup sendiri – sendiri dan kemungkinan berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Tak sedikit pula orang yang mempunyai pandangan hidup yang sangat bertentangan dengan pandangan hidup orang yang lainnya, itulah yang sering memicu perdebatan diantara umat manusia dalam kehidupan sehari hari.
Seperti yang ada di negara kita sekarang ini, semakin maraknya kasus terorisme. Masalah ini terjadi akibat kurang tepatnya pandangan suatu orang terhadap masalah kehidupan sehari – hari.  Mereka manafsirkan atau mengartikan suatu ajaran secara sepotong – sepotong dan hanya berdasarkan pada satu atau dua sumber saja tidak melihat keadaan sekitar yang diperkirakan secara logika sehingga mendapatkan penjelasan yang kurang tepat.


0 komentar:

Posting Komentar